Selasa, 10 November 2009

Snacknya Yang Membedakan

Snacknya Yang Membedakan

Sejak zaman penjajahan dulu hingga era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia mempunyai sikap “mendewakan” segala sesuatu yang berbau “Barat”. Menurut saya hal itu tidaklah salah secara keseluruhan. Karena bagaimanapun juga bangsa Barat (baca: penjajah) mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bangsa Indonesia ini. Salah satu yang menjadi perbedaan dasar antara Indonesia dengan bangsa Barat ialah produktivitas.

Mengapa saya memilih untuk melihat dari segi produktivitas? Karena menurut saya produktivitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia dapat teraplikasikan melalui produktivitas. Makin tinggi kualitas suatu manusia (labor) maka akan makin tinggi produktivitasnya yang berarti pembangunan dapat berjalan dengan lebih cepat dan mudah. Sekarang mari kita bahas mengapa produktivitas masyarakat Indonesia bisa berbeda dengan masyarakat “Londo”.

Faktor pertama yang saya perhatikan ialah dari segi makanan, baik secara kualitas dan kapan kita menyantap makanan tersebut. Kita asumsikan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia (kita sebut mereka pekerja atau labor) sarapan pada pukul 06.00-07.00. Setelah sarapan maka para pekerja Indonesia pergi untuk beraktivitas baik untuk sekolah, kuliah maupun pergi bekerja (dalam kasus ini saya akan lebih fokus pada masyarakat yang bekerja). Dari pukul 08.00-10.30 produktivitas pekerja Indonesia sedang mencapai puncaknya karena mereka masih merasa kenyang sehingga bisa konsentrasi dalam pekerjaan mereka. Tetapi setelah pukul 13.00 produktivitas mulai menurun, karena mereka mulai merasa kelaparan. Tetapi karena rata-rata istirahat makan siang dimulai pada pukul 12.00 maka mau tidak mau mereka terpaksa menahan lapar mereka sambil terus beraktivitas. Tentu saja produktivitas mereka terganggu.
Setelah itu pekerja Indonesia pergi untuk makan siang pada pukul 12.00. Tentu saja karena mereka sudah merasa sangat kelaparan maka mereka pun makan dengan lahap. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum merasa kenyang jika belum menyantap nasi. Maka mereka pun memilih untuk mengkonsumsi nasi dengan jumlah yang sangat banyak (bahkan kadang-kadang beberapa di antara mereka mengkonsumsi hingga 2 porsi). Karena pada awalnya mereka merasa sangat kelaparan, lalu mereka makan siang dengan lahap (atau kalap? Hingga keringat bercucuran lalu berkata, “Wah...abis makan jadi seger!!!”. Seger apaan, ada juga abis makan, terus kekenyangan terus jadinya ngantuk.) maka setelah makan siang mereka merasa kekenyangan. Belum lagi untuk para pekerja yang merokok. Mereka “wajib” untuk merokok dahulu selepas makan, karena mereka menganggap sebatang rokok sebagai “dessert”.

Karena merasa kekenyangan maka banyak diantara mereka yang menjadi malas dan merasa ngantuk (tu..bener kan jadi ngantuk!!!). Banyak di antara mereka yang memilih untuk tidur siang setelah makan siang. Karena mengantuk itulah maka selepas makan siang produktivitas mereka pun bukannya kembali membaik (seperti pukul 08.00-10.30) malah tetap buruk. Bedanya jika tadi produktivitas mereka buruk karena kelaparan maka kini karena kekenyangan.

Hal ini sangatlah berbeda dengan para pekerja “Bule”. Kita asumsikan mereka mempunyai jadwal sarapan yang sama dengan bangsa kita (karena saya ingin fokus kepada para pekerja Bule yang bekerja di Indonesia, agar perbandingannya lebih komparatif), yaitu pada pukul 06.00-07.00. Setelah itu sama seperti para pekerja Indonesia mereka pun segera pergi untuk bekerja. Produktivitas mereka pun sedang kencang-kencangnya pada pukul 08.00 10.30. Baru setelah pukul 10.30 mereka mulai merasa kelaparan.

Disinilah letak perbedaan antara pekerja Indonesia dengan pekerja Bule yang menjadi kunci.Saat pekerja Bule kelaparan setelah pukul 10.30 mereka menyemil atau makan snack (biasa dikenal dengan nyenek). Dengan nyenek maka rasa lapar mereka pun sedikit terobati sehingga produktivitas mereka tidak turun terlalu jauh seperti para pekerja Indonesia atau bahkan tetap terjaga seperti sebelumnya. Karena mereka biasa nyenek maka saat makan siang mereka tidak merasa kelaparan yang amat menderita. Sehingga mereka pun menyantap makan siang dengan porsi secukupnya. Setelah makan siang mereka tidak merasa kekenyangan, hanya “cukup kenyang” karena tadi hanya “cukup lapar”. Karena perut mereka tidak terlalu memuat banyak muatan (baca: kekenyangan) maka produktivitas mereka setelah makan siang dapat terjaga dan kembali seperti pada pukul 08.00-10.30.

Ternyata nyenek menjadi faktor kunci yang memegang peranan penting dalam menentukan produktivitas. Oleh karena itu, sangatlah disarankan bagi para masyarakat Indonesia (tidak hanya pekerja saja) untuk nyenek seperti para pekerja Bule saat rasa lapar mulai mengganggu. Hal ini dikarenakan supaya rasa lapar tersebut tidak sampai menganggu produktivitas dan tidak sampai membuat kita merasa sangat kelaparan saat makan siang. Sehingga kita dapat kenyang dengan makan siang secukupnya dan tidak berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Seperti salah satu hadist Rasul, yaitu kita dianjurkan untuk berhenti makan sebelum kenyang. Menurut saya hal tersebut ada hubungannya dengan rasa kekenyangan yang dapat mengganggu produktivitas.

Selain itu nyenek juga mempunyai manfaat lain, yaitu sebagai ajang sosial. Istirahat 5-10 menit (contoh: Kopet dll) sambil nyenek ditemani obrolan-obrolan ringan bersama rekan-rekan kerja akan membuat suasana di lingkungan kerja menjadi lebih akrab dan hangat. Selain itu hubungan antar pekerja juga makin akrab. Dengan hubungan yang makin akrab ditambah suasana yang juga semakin haromis dan kondusif maka produktivitas para pekerja juga akan meningkat.

Nyenek --> tidak terlalu lapar --> produktivitas terjaga --> makan siang secukupnya --> tidak kekenyangan --> produktivitas juga masih terjaga --> bangsa untung

Senin, 07 September 2009

GET MORE WITH DISTRO!!!!!!!

GET MORE WITH DISTRO!!!!!!!

Saat ini industri kreatif di Indonesia sudah mulai berkembang dengan pesat. Salah satu jenis industri kreatif yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut ialah dengan membuka Distro (Distribution Store). Jika kita membandingkan distro dengan usaha-usaha industri kreatif lainnya seperti rumah makan, usaha desain dll maka kita akan menemukan bahwa distro mempunyai beberapa keunggulan ayng tidak didapatkan pada usaha sejenis seperti eksklusifitas dan bervariasinya produk yang dijual serta kita bisa mengembangkan distro yang kita miliki dengan membuka restauran.

Seperti kita ketahui rata-rata distro mempunyai vendor pembuatan baju khusus, dengan kata lain pakaian yang dijual di distro tidak diproduksi secara masal. Hal tersebut berbeda dengan Department Store yang menjual baju secara pasaran sehingga tidak terdapat sifat eksklusifitasnya. Dengan begitu pakaian yang dijual di distro lebih bersifat “orisinal” dan “eksklusif”. Apalagi sekarang ini pakaian tidak hanya dipandang sebagai sekedar penutup aurat tetapi kini menjadi semacam identitas diri dari pemakainya. Maka konsumen akan lebih menyenangi pakaian yang mencerminkan citra diri mereka. Sehingga apabila para konsumen ingin membeli pakaian yang “tidak pasaran” dan mencerminkan identitas maka biasanya mereka cenderung untuk membeli di distro. Bahkan ada beberapa distro yang menjual pakaian dengan tema-tema tertentu, misalnya ada distro yang khusus menjual kaos-kaos band musik serta ada yang berfokus pada kaos-kaos yang bertemakan lingkungan.

Apabila kita masuk ke dalam sebuah distro maka kita akan mendapati bahwa biasanya distro menjual berbagai barang “unik” yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Ada beberapa distro yang menjual berbagai merchandise dari berbagai band-band musik seperti kaos, kaset, cd (compact disc), video rekaman konser hingga poster. Selain itu juga ada yang menjual berbagai barang-barang yang berhubungan dengan hobi seperti miniatur tokoh-tokoh serta koleksi komik, sepatu-sepatu edisi terbatas (limited editon), perlengkapan skateboard hingga perlengkapan musik. Apabila kita ingin mencari barang-barang yang “unik”, maka salah satu alternatif lokasi yang dituju ialah distro.

Keunggulan lain dari distro ialah kita bisa membuka restauran yang berlokasi bersebelahan dengan distro yang kita buka. Sudah bukan rahasia lagi bawa generasi muda Indonesia sekarang ini mempunyai budaya nongkrong serta kongkouw-kongkouw. Konsumen distro rata-rata masih berusia muda, setidaknya berjiwa muda, maka biasanya mereka datang bergerombol bersama teman-temannya. Jika kita membuka restauran, maka para konsumen yang lelah sehabis berbelanja tidak perlu repot untuk mencari tempat melepas lelah. Mereka bisa beristirahat sejenak di restauran kita, bahkan besar kemungkinan mereka akan mencari makan untuk mengisi perut mereka, sambil membicarakan tentang pakaian apa saja yang mereka beli bersama teman-teman mereka, sehingga restauran yang kita buka akan didatangi pengunjung distro.
Satu hal yang menjadi perhatian dengan membuka restauran ialah adanya korelasi antara kualitas pakaian yang dijual di distro dengan ramainya pengunjung restauran. Karena umumnya mereka datang untuk berbelanja pakaian, maka kita tidak boleh melupakan kualitas dari pakaian yang dijual. Karena apabila kualitas pakaian yang dijual buruk hal itu akan berdampak pada berkurangnya pengunjung distro yang juga berarti penurunan pada pengunjung restauran. Di lain sisi, apabila distro kita ramai, maka pengunjung restauran juga akan ramai. Oleh karena itu kita harus menjaga kualitas dari kedua jenis usaha tersebut.

Karena distro mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan usaha sejenis lannya, maka distro dapat dijadikan alternatif untuk berinvestasi. Terlebih distro bergerak di sektor riil, sehingga dengan membuka distro maka kita berarti menciptakan lapangan pekerjaan yang akan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sudah saatnya kita mengambil inisiatif untuk meningkatkan pertumbuan perekonomian dan mengurangi pengangguran, jangalah hanya berpangku tangan dan mengharapkan pemerintah yang melakukan segalanya, karena pemerintah bukanlah dewa yang bisa menyelesaikan segala permasalahan di bangsa ini, tetapi perlu adanya usaha dan bantuan dari kita semua. Maju terus Indonesia!!!!!

resensi "namesake"

Judul Buku : The Namesake (Makna Sebuah Nama)
Penerbit : Gramedia
Jumlah halaman : 328 halaman
Penulis : Jhumpa Lahiri

Sebagai seorang manusia, pasti kita mempunyai setiap nama. Tetapi kadang suatu saat kita merasa tidak cocok dengan nama kita, mungkin terlalu prestige, terlalu kuno atau bahkan kita merasa bingung dengan arti nama tersebut. Hal itulah yang menjadi “bumbu” dalam novel karangan Jhumpa Lahiri ini, bagaimana konflik batin dari seseorang yang seiring bertambahnya usia semakin merasa bahwa namanya tidak ia inginkan. Selain itu novel ini mampu menceritakan kisah tentang suatu keluarga india yang beremigrasi ke Amerika Serikat dengan sangat baik sehingga dapat dijadikan gambaran bagaimana kehidupan para keluarga transmigran tersebut pada masa itu. Novel ini sedikit berfokus kepada Gogol dan Ashoke, walaupun kedua tokoh di keluarga tersebut, Ahimka dan Sonia, juga tidak lupa untuk diceritakan dengan cukup detail.
Sebagai seorang pemuda keturunan India yang lahir dan tumbuh di Amerika, Gogol merasa bahwa namanya itu aneh karena nama Gogol berasal dari Rusia, yaitu Nicholai Gogol yang merupakan salah satu tokoh sastra terkenal Rusia. Satu hal yang tidak ia mengetahui adalah adanya alasan khusus dari ayahnya, Ashoke, mengapa ia memberi nama Gogol kepada putranya, karena pasti ada alasan dan harapan di balik setiap nama yang diberikan.

Dengan menceritakan kehidupan Ashoke dan Gogol maka kita seakan mendapatkan bagaimana kondisi hubungan dan pebedaan pada gaya hidup mereka. Suatu hal yang umum, bahwa hidup seorang ayah tidak mungkin sama dengan anaknya. Bagaimana perjuangan dan pengorbanan Ashoke dan Ahimsa dalam meraih kehidupan yang lebih baik.
Novel ini mampu berganti cerita dengan baik dan mengalir, pada suatu bagian diceritakan tentang Gogol, lalu pada bagian selanjutnya tentang Ashoke. Dengan begitu maka kita tidak akan terasa bosan, bahkan dengan begitu kita bisa menebak kondisi hubungan mereka berdua. Salah satu hal yang menjadi keunggulan dalam nove ini ialah kesederhanaannya. Dengan mengambil tema yang bisa terjadi pada siapa saja, keluarga dan arti dari sebuah nama, membuat kita merasa “akrab” dengan novel ini. Dengan begitu kita bisa menikmati setiap halaman pada buku ini tanpa harus mengernyitkan dahi, walaupun novel ini bukanlah novel pop, karena sesuatu yang sederhana kadang justru sangat rumit.

Satu hal yang bisa kita ketahui dengan membaca novel ini kita bisa mengetahui bagaimana arti dari sebuah nama dan peran keluarga dalam membangun nama tersebut. Bagaimana nama tidak hanya sekedar sebuah kata yang diucapkan oleh orang lain untuk kita, tetapi dibalik itu semua sebuah nama mengandung arti kehidupan yang kita jalani. Pada akhirnya semua bergantung kepada kita, bagaimana kita akan “mewarnai” nama kita, apakah dengan warna yang cerah ataukah dengan warnayang gelap? Hal itu akan terlihat, bagaimana dan oleh siapa nanti nama kita diucapkan.

Belajar dari Malaysia

Belajar dari Malaysia


Orang bijak pernah berkata bahwa selalu ada hikmah di balik semua kejadian yang terjadi. Di kebudayaan Barat terkenal ungkapan “blessing in disguise”, yang artinya kurang lebih sama, yaitu ada hal baik yang terjadi di balik kemalangan. Saya kurang lebih setuju dengan ungkapan tersebut, khususnya tentang negara kita, Indonesia.

Beberapa waktu yang lalu, tetangga serumpun kita, Malaysia, mengakui beberapa kebudayaan milik Indonesia seperti lagu “Rasa Sayange”, Tari pindik (asal Bali) dll menjadi milik Malaysia. Sebagai warga negara Indonesia, tentu saja kita marah atas perbuatan Malaysia yang tidak sopan tersebut. Bahkan sampai ada gerakan sentimen anti Malaysia. Tulisan ini tidak akan membahas tentang bagaimana kebencian masyarakat Indonesia atas perlakuan Malaysia serta mengapa Malasysia mengambil beberapa kebudayaan milik kita, tetapi tulisan ini akan mengajak kita untuk berpikir tentang diri kita sendiri, atau kurang lebih berkaca, sebagai seorang warga Indonesia.

Sudah saya jelaskan di atas, bahwa setiap kejadia pasti mempunyai hikmah. Lalu apa hikmah yang didapat dari perlakuan Malaysia tersebut? Sebenarnya kita bisa mengambil beberapa hikmah, asalkan kita tahu bagaimana harus bersikap. Tentu saja dengan kepala dingin dan berpikir masak-masak, janganlah kalian bertindak anarki. Hikmah yang bisa didapat antara lain persatuan Indonesia, melek budaya bangsa dan bercermin sendiri.

Persatuan Indonesia. Mungkin kalian merasa bahwa semenjak Malaysia bersikap kurang ajar, banyak masyarakat Indonesia yang “mendadak” menjadi sentimen terhadap Malaysia. Dengan begitu, maka masyarakat Indonesia semakin bersatu, karena masyarakat Indonesia merasa bahwa mereka mempunyai “musuh” bersama, yang hobinya mengambil kebudayaan milik bangsa Indonesia, yaitu Malaysia. Karena Malasia maka rasa nasionalisme & persatuan Indonesia meingkat (walapun mungkin hanya sesat saja).

Sejarah membuktikan bahwa jika beberapa kaum mempunyai musuh bersama maka mereka bisa menjadi sekutu. Perang Dunia 2 (1939-1945) membuktikan hal tersebut. Demi menghalau kekejaman Nazi, maka Amerika Serikat dan Rusia bisa bersatu dan menggempur Jerman secara bersamaan, dengan AS dari sebelah Barat dan Rusia dari sebelah Timur. Walapun setelahnya mereka mengalami perang dingin, tetapi setidaknya mereka sempat “berkoalisi” karena mereka mempunyai mush bersama pada Perang Dunia 2, meski ada politik kepentingan yang menyertai aksi mereka.

Coba kalian perhatikan, ada berapa kebudayaan Indonesia yang “dicuri” oleh Malaysia? Semenjak kejadian tersebut kini banyak orang Indonesia yang lebih peduli terhadap kebudayaan Indonesia sendiri, atau jika masih belum teralu peduli setidaknya mereka mulai mengenal dan tahu ada apa saja di kebudayaan bangsanya sendiri. Mata kita semakin terbuka, bahwa ternyata Indonesia mempunyai begitu banyak kebudayaan yang sangat berharga. Kebudayaan itu berasal dari para leluhur kita, oleh karena itu amatlah disayangkan jika kebudayaan yang merupakan peninggalan berharga dari para leluhur kita tiba-tiba diakui oleh suatu bangsa di negeri seberang. Seharusnya kita sebagai penerus bangsa Indonesia mencoba untuk melestarikan kebudayaan yang ada. Setidaknya mencoba untuk menghargai kebudayaan milik kita sendiri, salah satu caranya ialah dengan lebih mengenal kebudayaan milik kita.

Selanjutnya bagian yang terakhir. Bagian ini merupakan bagian yang paling tidak enak, karena pada bagian ini kita “dipaksa” untuk menjilat borok kita sendiri. Kita tahu, Malaysia bukan pertama kali ini mengambil salah satu kebudayaan kita, lalu mengapa kita masih diam saja? Tidak ada tindakan preventif dari masyarakat dan pemerintah Indonesia. Seperti biasa, kita baru berkoar-koar saat kasus pencurian kebudayaan itu sedang marak-maraknya. Tapi coba perhatikan, selang beberapa bulan dari sekarang mungkin kita sudah lupa tentang kasus kemarin. Kita baru berkoar-koar lagi, seperti pahlawan kesiangan, saat ada kebudayaan kita yang dicuri lagi. Sudah terlambat kawan!!! Mengapa kita masih lebih senang “mengobati” daripada “mencegah”? Tidak bisakah kita belajar dari sejarah? Alangkah sangat baiknya jika belaara dari kesalahan dan mencoba melakukan tindakan priventif.

Seharusnya setelah peristiwa pencurian kebudayaan ini terjadi beberapa kali, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat (khususnya mereka yang berkecimpung di bidang seni dan budaya) mencoba untuk mematenkan semua kebudayaan milik Indonesia, agar nantinya tidak ada lagi kebudayaan kita yang dicuri. Kita harus merubah pola berpikir kita, sehingga menjadi “mencegah” lebih baik daripada “mengobati”, dengan begitu maka kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Sehingga pada akhirnya slogan Malaysia yang berbunyi “Truly Asia” akan bertambah menjadi “Truly Asia (exclude Indonesian culture)”

Semoga nanti pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia bisa lebih peduli dalam melestarikan dan menghargai berbagai kebudayaan Indonesia.

Sekali Lagi

Sekali Lagi

Kantuk mulai menyerang dirinya. Ia pun melangkahkan kaki tuanya dengan lemah menuju ke tempat tidur. Sesampai di kamar ia pandangi ranjang tidurnya, ada yang hilang semenjak ia bercerai 34 tahun yang lalu. Semenjak itu ia selalu tidur sendiri di ranjang tersebut. Tidak sudi ia membawa wanita lain tidur di ranjang itu. Ia sudah hampir lupa bagaimana rasanya dipeluk oleh seorang wanita yang dicintainya sebelum tidur, mungkin juga karena pria tersebut sudah mulai pikun. Pria itu pun berdiam sejenak, dalam hati ia bersumpah bahwa ia rela menukar segalanya demi merasakan rasa itu lagi, sebelum ia dipanggil menghadap-Nya. Harta yang dimilikinya seaka tak ada artinya Karena ia merasa bahwa saatnya sudah semakin dekat. Kembali ia memandang foto istrinya di meja samping tempat tidurnya, mengingat kembali segala kenangan yang telah berlalu. Hal itu hanya menambah pedih hatinya.

Ia masih ingat benar hari itu, hari dimana istrinya memutuskan untuk meninggalkannya. Saat itu usianya 44 tahun, sementara istrinya 42 tahun. Ya, ia memang mengaku salah, karena ia ketahuan bermain dengan wanita lain. Ia tergoda oleh rayuan dari salah satu pegawainya. Pegawainya itu memang masih muda, dengan badan yang masih kencang dan menggoda. Walaupun begitu, hanya sekali ia selingkuh. Sayang, tidak ada kesempatan kedua baginya.

Pada awalnya ia pun berpikir bahwa ia tidak akan merasa kehilangan pelukan istrinya, karena ia bisa dengan mudah mendapatkannya dari wanita lain. Ternyata ia salah. Oleh karena itulah setelah bercerai, ia merasa sangat menderita. Karena harus ia akui, sepanjang hidupnya, tidak ada wanita lain yang mampu memberikan dirinya ketenangan seperti yang diberikan oleh istrinya. Rasa ketika istrinya memeluknya saat hendak tidur dan menyandarkan kepalanya di bahu dadanya. Saat itulah ia merasa tenang dan lengkap sebagai seorang pria. Suatu rasa yang tidak mampu diberikan wanita lain. Ia sudah hampir putus asa karenanya, berpikir bahwa ia akan mati dalam kesepian, tanpa adanya perasaan seperti itu lagi.

Pagi saat ia bangun tidur. Sebelum ia berangkat menuju ke kantor perusahaan miliknya, salah satu ajudannya memberikan telepon. Ternyata anak bungsunya yang menelpon. Undangan pernikahan. Ternyata pernikahan dari putra bungsunya. Ia hanya tersenyum, putranya ini menikah cukup terlambat, baru menikah di usia ke 35. Putra bungsunya memang yang paling dekat dengannya. Entah kenapa, mungkin karena saat bercerai putranya ini baru berusia 1 tahun, sehingga ia merasa bahwa putranya ini masih membutuhkan kehadiran dirinya. Ia pun selalu meluangkan waktunya untuk bisa bersama dengan putra bungsunya tersebut. Hingga kini hubungan mereka sangatlah akrab, jauh lebih akrab dari hubungannya dengan kedua anak lainnya. Sehingga saat pernikahan kedua anaknya yang lain, ia tidak diundang. Dilihatnya tanggal di undangan tersebut, masih seminggu lagi, bertempat di kota kelahiran istrinya, kota dimana ia pertama kali bertemu dengan istrinya, kota yang juga menjadi tempat pernikahan mereka berdua. Ia sendiri tidak berasal dari kota yang sama dengan istrinya, ia hanya kuliah selama 4 tahun di kota tersebut. Tetapi kota itu menyimpan segala kenangan terindahnya. Ia tidak mengerti apa kehendak Tuhan kali ini.

Seminggu kemudian, pria itu berdiri di depan gedung pernikahan anaknya. Hatinya berkecamuk. Bagaimana tidak? Anak kesayangannya menikah di gedung yang sama dengan dirinya. Gemetar kakinya saat melangkah masuk ke gedung itu. Karena segala kenangan dengan istrinya, atau karena dirinya sudah begitu tua?

Sewaktu hendak melangsungkan pernikahan dengan istrinya, ia menyerahkan segala persiapan kepada istrinya. Ia pun hanya tertawa ketika istrinya memilih untuk menikah di gedung tua peninggalan belanda tersebut. Tetapi istrinya mempunyai alasan lain, katanya itu tempat dimana mereka pertama kali bertemu. Memang di gedung tua tersebut sering diadakan konser musik klasik. Mereka berdua tertarik akan musik klasik. Satu-satunya hal yang menarik perhatian mereka berdua. Karena antara ia dan istrinya sangatlah bertolak belakang dari berbagai hal. 10 tahun mereka berpacaran, gedung itu sering mereka kunjungi. Ketika mereka sudah lulus kuliah dan bekerja di kota lain, gedung itu juga selalu dikunjungi jika mereka berada di kota tersebut. Sehingga gedung itu sangatlah berarti bagi mereka berdua.

Saat bertemu dengan istrinya, hatinya begitu kalut tak karuan. Perasaan yang sama seperti ketika ia pertama kali melihat wanita tersebut di gedung ini. Tak mampu ia berkata banyak saat berhadapan kali ini. Ternyata hatinya begitu merindukan wanita tersebut. Air mata mengalir pelan di pipinya. Buru-buru ia permisi dan melangkah ke kamar mandi. Jantungnya berdegup terlalu kencang, ia pun susah bernapas. Kepalanya sakit sekali. Dunia seakan berputar-putar. Terbatuk-batuk ia. Ternyata batuknya berdarah. Segera diminum obat-obatan miliknya langsung dari botol. Pil-pil tersebut seakan menggelinding dari botol menuju tenggorokannya. Sialan, ia mengumpat. Susah sekali berumur 78 tahun dengan segala penyakit yang menyertainya.

Sekembali dari kamar mandi, kini ia sudah jauh lebih tenang. Walau begitu jantungnya masih berdegup kencang saat berbincang-bincang dengan istrinya. Istrinya tidak menikah lagi semenjak mereka berpisah. Suatu hal yang tidak bisa ia percayai. Di usianya yang senja ini istrinya masih terlihat cantik. Walau istrinya telah berumur 76 tahun, tetap saja istrinya mampu mencuri segala perhatiannya. Ia selalu rindu akan sorot mata dan suara istrinya, yang selalu menenangkan dirinya.

Saat ini resepsi perikahan anaknya telah selesai. Jam di arlojinya menunjukkan pukul 22.05. Ia hanya tersenyum. Hari ini semakin mendekati akhirnya, seperti hidupnya, begitu pikir pria tersebut. Ia tidak rela jauh-jauh datang kesini tanpa mendapatkan mimpinya. Maka ia pun menghampiri istrinya, dengan didorong satu harapan terakhir. Jantungnya berdegup semakin kencang, terlalu kencang.

Ia tidak percaya. Ia terbangun di rumah sakit. Di sebelahnya duduk istrinya dengan mata sembab, karena terlalu banyak menangis. Istrinya mengatakan bahwa ia terkena serangan jantung di pernikahan anaknya tadi. ia mengatakan bahwa keluarganya menunggu di luar kamar. Di kamar tersebut hanya ada mereka mereka berdua. Ia tersadar, bahwa istrinya menemani dirinya di akhir hidupnya.

Tidak ada yang berbicara. Tidak ada yang perlu diungkapkan. Mereka berdua sudah tahu bagaimana perasaan masng-masing. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Berdua hanyut dalam perasaan rindu. Tangannya menggenggam tangan istrinya. Degup jantung pria itu semakin lemah. Ia sampai harus memicingkan matanya. Napasnya mulai jarang. Kepalannya mulai ringan. Tangannya merogoh-rogoh kantung celananya, tetapi ia tidak menemukan yang ia cari. Saat itulah ia sadar akan 2 hal, bahwa ia tidak membawa obat-obatan tersebut serta hidupnya akan segera berakhir. Istrinya pun segera bangkit dari tempat duduk, ia ingin memanggil dokter. Tetapi pria itu melarangnya. Ia mengatakan bahwa semua yang dibutuhkan dirinya adalah kehadiran istrinya. Maka ia pun mengutarakan mimpinya kepada istrinya, bahwa ia ingin merasakan rasa yang telah lama hilang. Ia ingin istrinya memeluknya dan menyandarkan kepalanya di dadanya sebelum tidur sekali lagi.


Kini istrinya telah berada di sampingnya. Istrinya telah naik ke ranjang. Kepalanya mulai ringan. Denyut jantungnya semakin lemah. Ia meminta agar istrinya jangan pergi, tetap berada di sampingnya, Samar-samar ia mendengar istrinya menangis. Ia pun merasakan bagaimana air mata istrinya membasahi dadanya serta bagaimana istrinya terisak-isak. Pria itupun berusaha mengucapkan sesuatu, dengan pelan. Ia meminta maaf. Wanita itu merasa menyesal. Mengapa ia tidak memaafkannya saja dari dulu. 34 tahun terbuang percuma. Sementara itu pandangan pria tersebut semakin gelap. Hingga akhirnya hanya kegelapan yang dilihatnya. Akhirnya, sekali lagi. Ia merasakan istrinya memeluknya dengan erat dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Pria itu hanya tersenyum.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Beruntung atau Sial?

Beruntung atau Sial?

20 Agustus
Pukul 05.23
Hilang sudah harapanku untuk memperbaiki hubunganku dengan kedua orangtuanya. Bagaimana ingin memperbaiki hubungan jika satu-satunya putri, yang tentu saja menjadi buah hati mereka, diculik? Hingga kini polisi belum berhasil menemukan petunjuk yang menunjukkan keberadaannya. Bahkan menurut hipotesis salah satu polisi, ia sudah tewas. Karena mereka menemukan bekas darah pada jaket yang dikenakan pacarku. Beginilah keadaanku sekarang, kehilangan seorang wanita yang sangat aku cintai. Pasti kalian berpikir bahwa keadaan tidak bisa menjadi lebih buruk lagi. Kalian salah. Karena aku juga disalahkan oleh kedua orangtuanya perihal penculikan putri mereka. Tentu saja mereka menyalahkan aku, karena sebagai pacarnya seharusnya aku menjaganya, bukan meninggalkannya sendiri. Setidaknya begitulah pemikiran mereka. Selain itu aku orang terakhir yang bersamanya. Bagaimana menurut kalian? Sungguh sial bukan nasibku ini?

20 Agustus
Pukul 00.57
Sesampai di kantor polisi aku dimaki-maki oleh kedua orangtuanya. Mereka menuduh aku menelantarkan putri mereka hingga ia akhirnya diculik. Mereka meminta agar aku dihukum dan dimasukkan ke dalam penjara. Usul yang sangat buruk, dan aku tidak setuju dengan usul mereka tersebut. Harus kuakui, hubunganku dengan kedua orangtua pacarku tidaklah terlalu mulus. Sebagai seorang pejabat dan berdarah biru mereka ingin putri mereka mendapat jodoh yang lebih baik dibandingkan diriku ini, yang merupakan mahasiswa dari keluarga pas-pasan asal desa. Untuk bisa kuliah saja orangtuaku harus menjual sepetak sawah. Sedangkan untuk selanjutnya aku mendapat bantuan dari beasiswa.
Para polisi dan keluarga mereka pun bersusah payah untuk meredakan amarah kedua orangtua pacarku. Aku hanya diam. Pasrah. Untungnya salah satu polisi tetap berkepala dingin. Ia memutuskan agar kami berpencar dan membantu pencarian pacarku itu. Tentu saja aku lebih setuju dengan usul polisi itu. Selalu ada harapan jika kita berusaha.

20 Agustus
Pukul 00.20
Tersentak aku mendengar handphoneku berbunyi. Aku berharap pacarku yang menelepon, karena semenjak aku mengantarnya aku belum mendapat kabar darinya. Selain itu ia juga tidak sedang online. Langsung saja kujawab panggilan tersebut.
Sialan!! Ternyata kedua orangtuanya meneleponku. Mereka meminta aku untuk datang ke kantor polisi, karena hingga kini putri mereka belum juga tiba di rumah. Padahal pacarku itu bukan tipe wanita yang senang pulang malam. Jelas saja kedua orangtuanya kalang kabut, akupun semenjak tadi hanya menunggu gelisah kabar darinya. Selain itu aku juga sudah menelepon beberapa temannya. Berharap ia bersama salah satu dari mereka, ternyata aku salah. Hingga kini pacarku itu tidak diketahui di mana keberadaannya. Langsung saja kunyalakan motorku dan meluncur ke kantor polisi.

19 Agustus
Pukul 23.22
Aku bingung. Hingga kini pacarku tidak memberi kabar. Padahal biasanya ia memberi kabar setelah sampai di rumah. Gelisah menyelimutiku. Aku tidak bisa berpikir dengan tenang. Ini di luar kebiasaan. Terbayang wajahnya. Apakah aku harus menelepon rumahnya? Aku tidak begitu yakin dengan ideku tersebut, mengingat bagaimana kedua orangtuanya memandang rendah diriku.
Lebih baik aku menghubungi teman-temannya saja, siapa tahu ia bersama dengan salah satu dari mereka. Atau mungkin saja ia terlalu asyik online dan berchatting ria bersama mereka. Berbeda dengan kedua orangtuanya, teman-temannya merestui hubungan kami. Walaupun pada awalnya mereka juga memandang rendah diriku ini, tetapi seiring berjalannya waktu mereka sadar. Bahwa aku memang tulus mencintai dirinya. Atau aku bisa pergi ke warnet, mengecek keberadaannya melalui dunia maya tersebut. Ya usul yang bagus. Segera kutelepon sahabatnya. Walapupun aku tidak terlalu yakin pacarku masih berada di luar rumah selarut ini, mengingat bagaimana kepribadiannya. Jika kita sudah melihat seseorang dengan hati, bukan dengan mata, maka logika tak lagi berarti.

19 Agustus
Pukul 22.46
Kulihat handphoneku, berharap ada pesan dari pacarku. Ternyata masih belum ada. Segera kulanjutkan tugas skripsiku.

19 Agustus
Pukul 22.18
Saat tiba di kamar, hal yang pertama kulakukan ialah mengecek handphoneku karena saat aku keluar untuk makan aku tidak membawanya. Ternyata tidak ada kabar dari pacarku. Akupun mencoba menghubunginya. Ternyata sama saja. Handphonenya mati. Aku heran, mengapa baterainya masih belum di charge. Apakah ia belum sampai rumah? Jika begitu, dimanakah ia sekarang? Tiba-tiba muncul perasaan agak khawatir. Walapun begitu, aku masih berpikiran positif, aku hanya mengirimkan pesan singkat agar ia menghubungiku sesampai rumah. Mungkin handphonenya dicopet atau ia terlalu lelah, sehingga ia tertidur begitu sampai rumah. Kedua hal itu sudah pernah terjadi. Lebih baik aku mengerjakan skripsiku sambil menunggu kabar darinya. Karena hidup terlalu singkat untuk diisi dengan kekosongan.

19 Agustus
Pukul 21.45
Hmm....badan terasa segar sekali setelah mandi. Jika segar begini, ditambah beberapa cangkir kopi dan sebungkus Gudang Garam, maka aku bisa mengerjakan skripsiku hingga pagi. Aku hanya tersenyum memikirkan betapa cemerlang ideku tersebut. Sesaat kemudian kutersadar, bahwa aku belum makan malam. Pantas saja perutku keroncongan. Lebih baik aku mengisi perutku terlebih dahulu. Segera aku berpakaian dan mengambil dompetku. Persiapan memang penting sebelum melakukan sesuatu.

19 Agustus
Pukul 21.31
Akhirnya tiba juga aku di kamar. Hari ini sungguh lelah, seharian ini aku beraktivitas tiada henti. Kuliah, mengajar asistensi, mengantar pacar hingga les bahasa inggris. Belum lagi aku harus mengerjakan sripsiku, memang berat menjadi seorang mahasiswa. Lebih baik aku mengabari pacarku terlebih dahulu, bahwa aku sudah tiba di kos-kosan. Tetapi kedua handphonenya masih belum aktif. Agak heran juga aku.
Mengingat semua kegiatan yang kujalani, aku hanya bisa tersenyum. Karena ada seorang wanita yang selalu mendukung dan menemani diriku. Ya, aku sungguh beruntung mempunyai pacar seperti dirinya. Seorang wanita yang sangat cantik, terutama kepribadiannya. Karena dia aku makin yakin menatap masa depan, bahwa semua manusia bisa menentukan takdirnya sendiri. Mungkin ada baiknya jika aku mandi terlebih dahulu.

19 Agustus
Pukul 21.01
Hahh...Lega rasanya. Selesai juga les bahasa inggris ini. Hari ini aku menjalani ujian kenaikan tingkat, sungguh susah. Soal-soal yang kuhadapi sungguh sukar. Hampir pecah rasanya kepalaku. Belum lagi ujian lisannya. Sebenarnya aku malas mengikuti les seperti ini. Bukan apa-apa, aku mengikuti les ini karena dorongan pacarku. Ia mengatakan bahwa akan sangat baik untuk memilik ketrampilan bahasa asing. Karena akan memudahkanku untuk mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri. Aku pun hanya menuruti sarannya saja, karena sejauh ini saran-sarannya memang tidak pernah salah. Jujur saja, aku banyak berubah sejak menjalin hubungan dengannya. Setiap pria memang ditakdirkan untuk bersama seorang wanita yang akan membuatnya jadi lebih baik.

19 Agustus
Pukul 17.49
”Ndut....hati-hati ya...Kabari aku kalau kamu sudah sampai rumah”, aku berpesan kepada dirinya.
“Iya Yang, tapi handphoneku aku charge dulu ya....kamu juga hati-hati ya...sukses lho test inggrisnya”, pacarku pun mendoakanku agar aku sukses dalam tes inggrsku kali ini. Aku hanya tersenyum kecil. “Yang, besok kita jadi ke Bogor kan?”, pacarku bertanya perihal kencan kami esok.
“Jadi dong....besok ketemu di kampus jam 9 pagi ya”, aku hanya menjawab sambil tersenyum. Membayangkan betapa menyenenangkannya besok. Sengaja aku mengajak ia ke Bogor, karena ia memang suka dengan udara pegunungan. Menurutnya udara pegunungan membuatnya rileks dan bisa membuatnya tenang. Ia selalu suka jika pergi ke pegunungan dan ia juga sangat senang jika berada di tempat favoritnya bersama denganku. Begitu katanya. Apa yang lebih indah dari mengabiskan waktu bersama seseorang yang istimewa di tempat yang jug istimewa?

Maka pacarku pun melangkah pergi. Khusus setiap hari Selasa dan Kamis aku mengantarnya sampai Kuningan karena pada pukul 18.30 aku juga harus menghadiri les bahasa Inggris di sekitar Pancoran. Selain hari-hari itu, ia selalu membawa mobilnya. Yang mengherankan, ia senang dibonceng naik motor butut ini. Romantis. Begitu jawabnya saat aku menanyakan mengapa ia senang dibonceng olehku. Pacarku memang aneh. Ia tidak seperti wanita kebanyakan. Baginya cinta cukup diukur dari kesetiaan. Berbeda dengan wanita lainnya yang mengukur cinta dari materi dan materi. Sungguh beruntung aku bisa bersama dirinya. Segera aku meluncur menuju ke tempat lesku dengan harapan yang memenuhi hati. Rasanya aku pria yang paling beruntung di dunia.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Ekspolitasi Sampai Mati

Pada hari Selasa kemarin (4/8), Mbah Surip meninggal dunia. Hal itu sungguh mengejutkan seluruh kalangan masyarakat, bahkan Presiden SBY sampai menggelar jumpa pers untuk menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Mbah Surip. Banyak masyarakat yang merasa kehilangan, apalagi kalau bukan karena Mbah Surip meninggal di tengah puncak popularitasnya.

Belum lama ini kita juga kehilangan salah satu musisi besar, bahkan tidak hanya masyarakat Indonesia yang merasa kehilangan melainkan seluruh masyarakat Planet Bumi. Ya, saat Michael Jackson meninggal sepertinya semua siaran televisi menayangkan berita tentang meninggalnya dia untuk mengenangnya. Di luar simpang siur akibat meninggalnya Michael Jackson, atau yang sering dipanggil Jacko, saya menemukan adanya benang merah antara Jacko dengan Mbah Surip.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Jacko meninggal pada saat memersiapkan diri untuk “World Tour Concert”nya. Yang menjadi masalah ialah bahwa ada beberapa kemungkinan yang menyebutkan Jacko “dipaksa” menggelar konser untuk melunasi hutangnya yang hampir mencapai Rp 5 triliun. Sehingga ia harus bekerja keras siang malam, bahkan hingga menggunakan berbagai obat terlarang untuk membantu mempersiapkan dirinya hingga ia meninggal.

Sementara itu Mbah Surip juga “hampir” mengalami nasib yang sama. Semenjak mengeluarkan lagu “Tak Gendong” yang menjadi hits, hidup Mbah Surip berubah 180 derajat. Jika dulu dirinya hidup santai dan damai kini dirinya tidak bisa lagi menikmati hal tersebut, karena ia harus memenuhi “panggilan tugas” untuk konser dan menjadi bintang tamu di berbagai acara, baik televisi maupun radio.

Pada Kompas tanggal 5 Agustus 2009, disebutkan bahwa Boy Utrip yang merupakan sopir Kampung Artis (Manajemen tempat Mbah Surip bernaung), juga meninggal pada hari yang sama dengan Mbah Surip. Boy biasa mengantarkan Mbah Surip bepergian selama ini. Bahkan beberapa hari sebelum Boy meninggal, ia sempat mengalami stroke karena terlalu lelah. Salah satu petinggi Kampung Artis yaitu Sugama Trisnadi menyatakan bahwa jadwal Mbah Surip sangatlah padat, minimal mereka mengunjungi hingga 4 tempat dalam sehari (Kompas, 5 Agustus 2009 hal 15). Bisa kita bayangkan bagaimana lelahnya Mbah Surip serta Boy.

Mbah Surip dan Jacko menjadi korban eksploitasi yang berlebihan hingga mereka merasa terlalu lelah untuk menjalani jadwal mereka. Mereka merupakan salah satu contoh bagaimana industri musik dan tuntutan penggemar membuat mereka harus “berakting” dalam kehidupan mereka. Mereka menambah daftar selebriti yang meninggal di tengah puncak popularitas seperti Kurt Cobain, Jimi Hendrix, Tupac hingga John Lennon. Jangan mencari kambing hitam dari kejadian ini, karena semua pihak ikut terlibat baik dari label, penggemar bahkan hingga dari artis sendiri. Selama ini, kita sering mendengar bahwa banyak orang ingin menjadi artis karena mereka ingin terkenal. Sayangnya mereka hanya melihat permukaan saja. Mereka belum tahu bagaimana rasanya menjadi sapi perah yang harus bekerja siang malam untuk memenuhi kewajiban mereka sebagai seorang selebritis. Jika dulu mereka membuat musik dan berkarya karena keinginan mereka, kini mereka bermusik karena tuntutan kontrak. Mereka dieksploitasi sampai mati.

Sabtu, 25 Juli 2009

Saat Terjaga Sendiri

Saat Terjaga Sendiri

Dia berkedip sekali. Diikuti beberapa kedipan lainnya. Tetap sama seperti biasa. Selalu terjaga saat orang lain tidur. Lalu dia membalikan badannya ke samping dengan gelisah seraya berpikir mencari solusi agar segera bisa tidur. Hasilnya pun tetap sama, tidak berhasil. Dia baru bisa terlelap saat sinar mentari mulai tampak di Timur sana.

Jam menunjukkan pukul 02.57 WIB. Di sebelahnya tergeletak istrinya. Dia memandang wajah istrinya seraya berpikir dengan heran mengapa muka istrinya terlihat begitu tenang dan teduh. Menurutnya istrinya tidak banyak bergerak saat tidur. Bahkan bisa dibilang tidak ada perubaan posisi semenjak memejamkan mata hingga terbangun kembali. Sungguh teramat beda saat menjalani rutinitas sehari-hari. Ia pun hanya tersenyum kecil sambil bergegas meninggalkan ranjangnya.

Sambil menuruni tangga ia mulai menyalakan rokoknya. Sunyi. Tidak ada yang terbangun di rumah itu kecuali dirinya. Dengan begitu ia bebas untuk merokok di mana saja. Ia pun berpikir untuk merokok di teras depan malam ini. Tempat itu merupakan tempat favoritnya. Sebelum melangkah ke tempat favoritnya, ia membuat segelas cokelat hangat. Sambil menuangkan air panas ia pun membayangkan betapa nikmatnya merokok ditemani angin malam dan segelas cokelat hangat.

Kebiasaan ini baru berjalan beberapa bulan. Ia selalu sembunyi-sembunyi apabila saat sedang merokok. Kadang ia bersykur mempunyai insomnia karena ia bisa merokok saat tengah malam seperti ini. Ya, hanya dirinya sendiri yang tahu. Tidak banyak orang yang mengetahui kebiasaan buruknya ini, bahkan keluarganya sendiri. Istrinya sangat membenci asap rokok. Hal itu dikarenakan salah satu pamannya meninggal akibat kanker paru-paru. Terlebih istrinya sangat dekat dengan pamannya tersebut. Ia serta istrinya mendoktrin anak-anak mereka untuk tidak merokok. Bahwa merokok itu teramat buruk. Dulu ia juga membenci asap rokok. Tetapi selalu ada hal buruk yang menimpa dan merubah hidup seorang pria.

Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dedaunan pun ikut bergoyang. Ia berpikir mungkin akan turun hujan. Biasanya pada saat seperti ini ia berpikir tentang kehidupannya. Ada satu hal yang belakangan ini menyita banyak perhatiannya. Ya, apa yang telah ia lakukan.

Wanita itu selalu memabukkan dirinya. Setiap perjumpaan dengannya selalu terasa berbeda. Tidak pernah sama, begitu menantang dan mengasyikkan. Kini berkat wanita itu, ia merasa ada hal yang harus ditaklukan dan dikejar lagi. Hidupnya kini kembali dipenuhi perasaan lapar dan hasrat. Memang begitu kebiasaan pria, selalu senang akan tantangan dari suatu hal yang baru. Sebenarnya wanita itu memberi banyak dampak postif. Setidaknya menurut dirinya sendiri. Sayangnya wanita itu merupakan simpanan.

Ia pun hanya tersenyum kecil, mengingat perjumpaan pertama dengan wanita tersebut. Semua berjalan begitu cepat dan mengalir begitu saja. Tidak pernah ia membuat janji untuk bertemu dengan wanita itu. Semua berjalan seperti kebetulan. Rutinitas memang membingungkan. Kadang kita melakukan hal yang sama persis setiap hari tetapi mempunyai akibat yang berbeda.

Seperti biasa, sehabis pulang kantor pada hari Jumat, ia selalu mampir ke toko buku. Memang ia sangat senang membaca. Ia selalu beralasan membeli buku-buku tersebut untuk menemaninya di akhir pekan. Pada suatu hari ia melihat seorang wanita. Sebenarnya wanita tersebut biasa saja. Berumur sekitar 30an. Tidak terlalu tinggi, agak pendek. Berkulit cokelat matang. Hanya saja, sepertinya ada yang beda dari dirinya. Ternyata ia juga membeli buku yang sama. Maka ia pun memperkenalkan dirinya. Ia pun mengajak wanita itu untuk berbincang sejenak di kafe. Lalu mereka pun menghabiskan sore dengan mengobrol di kafe. Obrolan mereka berkisar tentang buku. Ternyata wanita tersebut juga mempunyai hobi yang sama. Ada yang bilang bahwa jatuh cinta itu seperti petir. Kita tidak bisa menebak akan jatuh di mana. Ia pun setuju dengan hal itu.

Pada minggu-minggu selanjutnya mereka selalu bertemu di toko buku yang sama. Mereka berdua bahkan tidak saling mengetahui nomor telepon masing-masing. Mereka hanya berpedoman pada kebiasaan akhir pekan mereka. Yang kemudian berlanjut lebih jauh. Bahkan terlalu jauh.

Sudah 3 bulan ini istrinya sakit keras. Menurut dokter istrinya mengalami gangguan pada jantungnya, lebih tepatnya pada pembuluhnya. Semenjak itu ia merasa bersalah pada istrinya. Karena ia tidak bisa menemaninya setiap saat. Saat pertama istrinya terkena serangan jantung hingga dirawat di ICU, ia sedang bersama wanita itu. Ia kini ingin memutuskan hubungannya dengan wanita tersebut dan ingin lebih fokus untuk mengurus istrinya. Tetapi kini wanita itu hamil. Ya, wanita itu kini mengandung anaknya. Kini wanita itu meminta nomor teleponnya, untuk meminta pertanggung jawaban. Kini usia kandungannya sudah berusia lebih dari 2 bulan. Itulah mengapa ia kini sering merokok. Terutama pada malam hari. Ia merasa mempunyai alasan untuk merokok.

Samar-samar ia mendengar suara dari masjid di belakang rumahnya. Rupanya sebentar lagi Subuh. Ia pun mematikan rokoknya. Hari ini ia hampir menghabiskan satu bungkus Gudang Garamnya. Dirinya kini merasa kantuk. Serta teramat lelah. Ia berpikir bahwa dirinya lelah secara mental. Langsung saja ia menuju kamarnya.

Seperti biasa, ia bangun tidur pukul 07.30. Langsung saja ia menuju kamar mandi. Selepas dari kamar mandi, saat menuruni tangga ia melihat istrinya sedang duduk di meja makan. Sepertinya istrinya sedang menunggunya. Ternyata istrinya menemukan bungkus rokoknya. Ia tersadar bahwa ia lupa membawa dan menyembunyikan rokoknya. Tentu saja istrinya marah besar, ia merasa ditipu. Ia bingung harus berkata apa kepada anak-anaknya, bahwa ternyata ayah mereka seorang yang munafik. Ia mengakui dalam hati, bahwa memang selama ini ia telah menipu istrinya. Istrinya terus bertanya kenapa ia merokok. Sejak kapan ia mulai merokok. Ia hanya bisa terdiam. Jauh di dalam hatinya ia merasa mempunyai alibi untuk merokok. Seandainya istrinya tahu apa alasannya, mungkin istrinya akan mengerti mengapa ia merokok. Karena alasan bisa membuat yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Setidaknya ia berpendapat seperti itu.

Senin, 20 Juli 2009

Mogok dan Ke(tidak)pedulian

Mogok dan Ke(tidak)pedulian

Pada Sabtu sore ini mobil pick-up saya mogok karena kehabisan bensin di sekitar wilayah Pamulang. Untung saja mobil tersebut mogok tepat di depan SPBU. Maka saya dan supir saya pun mencoba untuk mendorongnya. Hanya saja karena mobil pick-up itu dipenuhi oleh tabung gas maka tenaga kami berdua tidaklah cukup. Mobil tetap tidak bergeming. Sekitar 20 meter dari tempat saya, terdapat lima anak Punk yang sedang memperhatikan saya. Sayangnya mereka hanya diam saja. Hingga salah satu petugas SPBU ikut membantu kami untuk mendorong. Dengan bantuan petugas tersebut maka mobil ini bisa didorong hingga sampai di tempat pengisisan bensin.

Setelah saya mengisi bensin, maka mobil pun sudah bisa menyala kembali. Lalu mobil segera meluncur keluar dari SPBU. Tepat di depan pintu keluar SPBU anak-anak Punk yang tadi memperhatikan kami menyetop mobil untuk meminta tumpangan. Maka mobil pun berhenti.
“Bang!!!Numpang ya Bang!!!”, celetuk salah satu anak Punk.
”Lo emang pada mau kemana?”, saya pun bertanya kepada mereka.
“Kemana aja Bang. Yang penting ikut....”, yang lainnya ikut menjawab
“Yah elu..tadi mobil gw mogok lo pada kagak mau bantuin dorong. Sekarang mobil udah jalan lo pada mau ikut nebeng. Gimana sih?”, saya pun bertanya sambil memendam perasaan agak sebal.
“Hehehehe....”, mereka hanya tertawa. Tetapi mereka tetap naik ke bak mobil. Saya pun tidak terlau keberatan dengan memberi mereka tumpangan. Karena saya juga sering menumpang mobil bak sewaktu kecil.

Di tengah jalan mereka bernyanyi bersama-sama. Kebetulan beberapa dari mereka membawa alat musik seperti gitar dan gendang. Mungkin untuk mengusir jenuh karena jalan cukup macet di ujung Pondok Cabe. Seperti biasa, lagu-lagu yang mereka nyanyikan bertema tentang ketidakadilan sosial, menghujat kaum elite serta harapan-harapan mereka akan kondisi yang lebih baik (untuk mereka). Mungkin dengan menyanyikan lagu seperti itu mereka merasa menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Pada saat mendengar lagu-lagu yang mereka mainkan saya pun tersenyum sinis. Mereka merasa muak dan skeptis dengan kondisi sekarang. Seakan mereka menyuarakan ketidakadilan bagi kaum tertindas. Tetapi apa yang bisa mereka lakukan, kalau hanya untuk membantu mobil yang mogok saja mereka tidak mau? Bagaimana mereka bisa mengubah dunia menjadi lebih baik? Bagi saya, lagu-lagu yang mereka nyanyikan hanyalah kata-kata yang keluar dari mulut semata. Tidak mempunyai makna. Karena kata-kata mereka tidaklah diamalkan. Tidak ada bedanya dengan para politikus yang mengumbar janji-janji palsu, yang mereka hujat habis-habisan dala lirik lagu mereka karena politikus-politikus tersebut mereka anggap tidak peduli terhadap rakyat. Mereka toh juga tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Lalu buat apa mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut? Seharusnya mereka malu.

Setelah mendekati Fatmawati, mobil pun berbelok memasuki Taman Cilandak. Di situ mereka meminta turun.
“Makasih ya Bang!!”, salah satu anak mengucapkan sambil mendekati saya
“Sip..sip....”, saya pun hanya mengangguk-anggukan kepala.
Sebelum mereka pergi saya memanggil salah satu dari mereka, “Oi....oi....sini bentar dah....lain kali kalo ada orang yang mbilnya mogok....bantuin ya....hehehe”. Seketika anak tersebut agak terkejut. Mungkin ia tidak menyangka saya akan berkata seperti itu. ”I....iya..iya...iya....bang.....”, begitu jawabnya. Sementara temannya yang lain berkata, “Makasih banyak bang!!!”, tepat pada saat mobil mulai melaju. Sayapun hanya mengacungkan jempol sebagai tanda balasan.

-Semoga saja masih ada orang yang rela untuk tidak selalu memikirkan dirinya sendiri.-

Kamis, 18 Juni 2009

Kenapa Orang Indonesia Senang Membuang Sampah Sembarangan

Kenapa Orang Indonesia Senang Membuang Sampah Sembarangan?

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa orang Indonesia sangat susah untuk membuang sampah pada tempatnya. Kebiasaan ini bahkan hampir menjadi budaya yang melekat erat pada kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hampir tidak adanya tempat umum (public place) yang benar-benar terawat dan bersih. Kalaupun ada yang bersih hal itu biasanya dikarenakan banyaknya petugas kebersihan yang bertugas di tempat tesebut. Hal ini sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau biasa kta sebut “bule”. Mereka amat peduli dengan kebersihan, bahkan mereka merasa malu apabila membuang sampah di sembarang tempat. Untuk menganalisa perbedaan dalam hal ini, maka coba kita lihat dari segi bahasa.

Di Indonesia sering kita lihat tulisan “buanglah sampah pada tempatnya” untuk menganjurkan agar masyarakat membuang sampah di tempatnya, yaitu tempat sampah. Tetapi sepertinya anjuran tersebut tidaklah berhasil, atau kurang sakti. Mengapa begitu?

Membuang berasal dari kata “buang” yang diberi imbuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata buang sendiri mempunyai beberapa arti seperti lempar, lepaskan dan keluarkan. Sedangkan kata membuang juga mempunyai beberapa arti, antara lain:
 Melepaskan sesuatu (yang tidak berguna lagi) dengan sengaja dari tangan, melemparkan, mencampakkan
 Melemparkan sesuatu karena tidak berguna lagi
 Menghilangkan, menghapuskan
 Menyia-nyiakan sesuatu
 Menghukum dengan jalan mengasingkan ke tempat jauh atau terpencil (biasanya untuk para pelaku kejahatan politik)

Apabila kita melihat berbagai pengertian dari kata membuang, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa membuang berarti melepaskan sesuatu yang tidak berguna (dalam kasus ini iala sampah) lagi. Hanya saja tujuan “pembuangan” tersebut tidak dijelaskan. Oleh karena itulah pemerintah memberi tambahan “pada tempatnya” agar masyarakat melepaskan sesuatu yang tidak berguna lagi pada tempat yang telah disediakan (dalam kasus ini tempat sampah).

Tetapi mengapa masyarakat masih saja susah untuk membuang sampah pada tempatnya? Hal itu dikarenakan telah bergesernya definisi kata “buang” itu sendiri. Kata “buang” menjadi berarti melepaskan sesuatu dengan asal. Hal itu dapat dilihat dari berbagai contoh berikut ini

 Oleh komentator sepakbola Indonesia,”Langsung dibuang saja bola itu menjauh dari sergapan striker lawan Bung!!!”
 Oleh orang yang sedang sebal atau sedang kasmaran ,”Aku selalu membuang muka bila berpapasan dengannya.”
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa buang berarti melepaskan sesuatu dengan asal, yang penting menjauh dari objek yang berhubungan.

Hal tersebut sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau “Bule”. Di luar negeri, anjuran untuk membuang sampah berbunyi “Put the trash.......”. Padahal arti kata “put” itu sendiri berarti meletakkan, menempatkan (menurut kamus lengkap bahasa indonesia inggris). Meletakkan mempunyai arti yang hampir mirip dengan menaruh. Sedangkan menaruh itu sendiri mempunyai arti (menurut KBBI) :
 Meletakkan, menempatkan
 Mencantumkan atau menentukan
 Memasang taruhan
 Menitipkan
 Mempunyai
 Mengandung perasaan

Untuk kata “meletakkan” dan “menaruh”, masyarakat Indonesia mempunyai persepsi bahwa kata tersebut biasanya dipakai untuk menaruh suatu benda dengan teratur atau ada tujuannya, sehingga tempat untuk menaruh benda tersebut sudah jelas. Bahkan dalam sepakbola, “placing” biasa mempunyai arti dengan menaruh bola dengan tujuan yang jelas atau teratur. Arti ini sungguh berbeda dengan “buang” yang mempunyai arti “throw away”. Throw sendiri dalam “English Dictionary and Thesaurus” mempunyai arti put abruptly,carelessly. Hal yang kurang lebih berarti menaruh sesuatu dengan kurang berhati-hati. Dapatkah Anda lihat perbedaan antara “Buanglah sampah pada tempatnya” dengan “Put the trash.......” dengan menggunakan persepsi masyarakat Indonesia sekarang ini?

Hal itulah yang menjadi salah kaprah (suatu hal yang biasa terjadi) dalam penggunaan bahasa Indonesia. Sehingga banyak masyarakat Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Mungkin ada baiknya apabila anjuran “Buanglah sampah pada tempatnya” diganti dengan “Letakkanlah sampah pada tempatnya”. Mungkin hal itu akan menyebabkan masyarakat tersadar, bahwa sampah haruslah diletakkan di tempat yang benar dan sampah itu bukanlah tidak berguna. Karena dengan banyakanya program daur ulang, samaph bisa dioah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu budayakanlah buang atau letakkan (terserah tersepsi Anda) sampah pada tempatnya. Semoga Indonesia menjadi lebih baik lagi!!!!

Jumat, 12 Juni 2009

3+2 > 6+5 (Tiga Plus Dua Lebih Baik dari Enam Plus Lima)

Sebagai seorang pecandu bola, salah satu hal yang meresahkan saya ialah tentang kualitas Tim Nasional (Timnas) itu sendiri. Bobrok!!! Mungkin kata itu terdengar kasar, tetapi coba perhatikan...kompetisi yang sarat permasalahan, prestasi Timnas yang kering kerontang bahkan di kawasan Asia Tenggara hingga struktur organisasi tertinggi yang seperti sirkus. Tetapi hanya kritik tidak akan memecahkan permasalahan. Untuk itulah saya akan mencoba memberikan solusi yang menurut saya mampu untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan ialah dengan meningkatkan mutu kompetisi itu sendiri. Karena dengan kompetisi yang bagus dan kompetitif maka dengan sendirinya para pemain Indonesia akan semakin terasah kemampuannya. Selain itu Timnas merupakan muara dari kompetisi itu sendiri. Salah satu hal yang pantas mendapatkan perhatian berlebih ialah para pemain muda karena mereka yang akan menentukan kemana timnas kita ini. Untuk meningkatkan kualitas para pemain muda ini, PSSI harus mengeluarkan kebijakan yang memproteksi para pemain muda tersebut.

Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh PSSI ialah bahwa setiap tim boleh memiliki lima pemain asing dan kelima pemain itu boleh dimainkan secara sekaligus dalam satu pertandingan (6+5). Menurut saya hal itu akan menghambat adanya proses regenerasi. Dengan adanya lima pemain asing itu maka kesempatan para pemain lokal hanya menjadi enam orang. Mungkin secara kualitas dan short-run hal tersebut bisa meningkatkan mutu kompetisi. Tetapi bagaimana dengan kesempatan para pemain lokal? Khususnya para pemain muda, sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan bermain. Oleh karena itu, perkembangan kualitas para pemain muda sangatlah memprihatinkan.

Untuk menyiasati hal tersebut, maka PSSI harus merubah peraturan tersebut dari 6+5 menjadi 3+2. Yang dimaksud dengan 3+2 di sini ialah bahwa setiap tim masih boleh memiliki 5 pemain asing, hanya saja yang boleh dimainkan dalam satu pertandingan maksimum ialah hanya 3 pemain. Sedangkan 2 tempat sisanya diberikan kepada pemain lokal Under-23. Dengan begitu maka dalam satu tim terdiri dari 6 pemain lokal senior, 3 pemain asing dan 2 pemain U-23 yang berasal dari tim tersebut (kalau di Eropa dikenal dengan nama homegrown player). Dengan begitu para pemain muda akan semakin mendapatkan kesempatan dan mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka secara kontinuitas.

Dengan hanya boleh memainkan 3 pemain asing, maka klub akan semakin lebih selektif dalam memilih pemain asing. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak pemain asing yang kualitasnya di bawah pemain lokal dan mereka sering menjadi biang keributan dalam pertandingan. Dengan begitu para pemain muda bisa belajar dari pemain yang sungguh-sungguh berkompeten.
Hal ini jauh lebih murah daripada “kebiasaan” PSSI yang mengirim timnas untuk berlatih di luar negeri. Hasilnya sudah terbukti gagal. Para pemain primavera yang dikirim ke Itali di periode 1990an dan para pemain U-23 yang dikirim ke Belanda untuk terbukti tidak mampu meningkatkan kualitas Timnas secara keseluruhan, hanya segelintir pemain yang benar-benar menjadi pemain berkualitas.

Kebijakan 3+2 tersebut secara tidak langsung akan membuat tim-tim di Indonesia akan mengembangkan pemain juniornya. Karena mereka pasti tidak mau menurunkan kuaitas timnya. Karena 2 pemain junior tersebut tidak boleh membeli dari klub lain melainkan harus dari tim yang bersangkutan maka mereka akan semakin memperhatikan pengembangan bibit-bibit muda, khususnya potensi-potensi lokal. Dalam hal ini PSSI bisa membantu, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk membantu perkembangan pemain lokal. Daripada dananya untuk mengirimkan Timans keluar negeri lebih baik dananya digunakan untuk membangun infrastruktur pelatihan di daerah-daerah.

Dalam long-run, para pemain muda tersebut akan menjadi pemain yang matang. Karena mereka sudah merasakan “asam garam” kompetisi liga Indonesia. Coba bayangkan seluruh klub peserta liga Indonesia dari semua divisi menggunakan kebijakan ini. Mungkin dalam 2-5 tahun kualitas kompetisi akan menurun, tetapi tahun-tahun setelahnya Timnas Indonesia tidak akan kesulitan mencari pemain dan pemain yang tersedia juga cukup berkualitas karena mereka sudah berpengalaman di kompetisi. Yang jelas, untuk meningkatkan kualitas dunia persepakbolaan Indonesia langkah-langkah instan saja tidaklah cukup. Kita harus mengubah paradigma dengan memperhatikan pembangunan secara bertahap. Janganlah kita menjadi bangsa yang instan....Maju terus sepakbola Indonesia!!!!

Politik Kepentingan Luar Angkasa Indonesia

Politik Kepentingan Luar Angkasa Indonesia

Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah Ekonomi Politik

Sejarah dan Perkembangan Satelit
Semenjak Sputnik yang notabene merupakan satelit buatan manusia pertama diterbangkan oleh Uni Soviet menuju antariksa pada 4 Oktober 1957, maka semenjak itu pula antariksa menjadi suatu daerah baru yang harus “ditaklukan” bagi negara-negara di Bumi, khususnya Uni Soviet dan Amerika Serikat. Karena kedua negara adidaya itu yang menjadi pelopor dalam perkembangan teknologi satelit. Semenjak itu pula, peran satelit semakin penting, sehingga banyak negara yang kemudian mengembangkan teknologi dan anggarannya untuk mengirimkan satelit ke luar angkasa.

Daftar Peluncuran Satelit Pertama dari Berbagai Negara
No Negara Tahun Peluncuran Roket Satelit
1 Uni Soviet 1957 Sputnik-PS Sputnik 1

2 Amerika Serikat 1958 Juno 1 Explorer 1

3 Perancis 1965 Diamant Astérix

4 Jepang 1970 Lambda-4S ÅŒsumi

5 RRC 1970 Long March 1 Dong Fang Hong I

6 Inggris 1971 Black Arrow Prospero X-3

7 India 1980 SLV
Rohini

8 Israel 1988 Shavit
Ofeq 1

9 Rusia 1992 Soyuz-U
Templat:Kosmos

10 Ukraina 1992 Tsyklon-3
Strela

11 Iran 2009 Safir-2
Omid 1

Sumber :http:// www.wikipedia/satelit.com

Tak mau tertinggal dengan negara-negara lainnya, Indonesia juga mengembangkan satelit untuk dikirim ke luar angkasa, walaupun untuk pengirimannya masih harus “menumpang” pesawat antariksa negara lain. Di Indonesia sendiri satelit yang pertama kali diluncurkan ialah Palapa A1 pada 8 Juli 1976 yang bertujuan untuk memperlancar komunikasi di seluruh Nusantara.

Setelah Palapa A1 berhasil diluncurkan, Indonesia pun mengirimkan satelit-satelit lainnya ke antariksa, hingga Palapa C2 pada 15 Mei 1996. Hingga pada 2006 Indonesia berhasil menerbangkan satelit pertama buatan Indonesia, yaitu INASAT 1. Tak ketinggalan Indonesia juga mengembangkan satelit yang bernama LAPAN-TUBSAT yang proses pengerjaannya dikerjakan secara kerjasama dengan Universitas Teknik Berlin pada 2007. Hingga kini, Indonesia masih terus megembangkan teknologinya agar mampu mengirimkan satelit yang kualitasnya lebih baik lagi. Padahal biaya untuk mengembangkan satelit sangatlah mahal, selain itu masih banyak bidang lain yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Perlukah pemerintah Indonesia mengembangkan dunia persatelitannya?

Fungsi dan Kegunaan Satelit bagi Perekonomian dan Politik Indonesia

Dengan semakin berkembangnya teknologi yang dgunakan oleh satelit, maka semakin berkembang pula fungsi dan kegunaan dari satelit itu sendiri. Bila pada awalnya satelit digunakan untuk telekomunikasi dan hanya sebagai pemancar gelombang, kini satelit dapat berfungsi untuk mengamati citra atau objek yang terdapat di Bumi, bahkan dapat digunakan untuk mengawasi para pelaku kejahatan seperti di Amerika Serikat. Selain itu satelit juga dapat digunakan untuk mengamati objek yang terdapat di angkasa luar sana, sehingga satelit dapat berfungsi sebagai observatorium angkasa seperti Teleskop Hubble milik Amerika Serikat.

Dari segi Hankam (Pertahanan dan Keamanan), satelit akan sangat berguna. Khususnya untuk fungsi sebagai pengamat citra di Bumi, karena Indonesia mempunyai luas daerah yang sangat luas dimana sebagian besar dikelilingi oleh lautan. Untuk menjaga daerah teritorial Indonesia, khususnya di daerah perbatasan kehadiran satelit akan sangat berguna sebagai pengawas perbatasan. Selain untuk mengawasi perbatasan, satelit dapat juga digunakan untuk mengawasi sumber daya alam Indonesia yang berpotensi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti hutan, pertambangan, perikanan dan hasil-hasil alam lainnya. Sehingga kekayaan alam Indonesia dapat lebih terjaga dan aman dari para pencuri kekayaan negara yang bisa merugikan devisa negara.

Dari segi telekomunikasi satelit akan mampu untuk menghubungkan antar pelosok daerah di Indonesia. Baik untuk gelombang radio, gelombang televisi hingga gelombang telepon genggam atau telepon satelit. Dengan lancarnya komunikasi hingga ke seluruh pelosok Indonesia maka dapat dipastikan berkurangnya asymmetric information, sehingga kegiatan perekonomian akan meningkat di berbagai sektor. Yang pada akhirnya GDP negara akan mengalami peningkatan.

Fungsi yang terakhir merupakan prestige. Dengan berhasilnya Indonesia mengirimkan satelit yang canggih ke antariksa, hal tersebut akan menegaskan kepada dunia bahwa teknologi di Indonesia sudah berkembang. Sehingga Indonesia akan mempunyai tempat di antara negara-negara yang sudah lebih dulu berhasil mengirimkan satelit. Hubungan politik luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain akan semakin kuat.

Kendala-kendala yang Dimiliki Indonesia
Bagan 1. Kendala-kendala Indonesia

Apabila kita menganalisa lebih lanjut, sebenarnya pokok ketiga permasalahan tersebut diakibatkan karena kurang pedulinya pemerintah dengan perkembangan satelit di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan masalah-masalah lainnya timbul.
Untuk membuat satelit yang well-qualified, salah satu faktor yang menentukan ialah teknologi yang memadai atau canggih, seperti komputerisasi di segala bidang pengerjaan. Dengan mengacu kepada NASA (National Aeronautics and Space Administration), maka teknologi yang dimiliki Indonesia ini sangatlah tertinggal jauh.

Persoalan lain ialah tentang kualitas sumber daya manusia. Manusia menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam proses pembuatan satelit, karena manusia sebagai subyek pengerjaan. Teknologi secanggih apapun apabila tidak didukung dengan kualitas SDM yang memadai akan percuma.
Masalah lainnya sebenarnya merupakan masalah klasik bagi setiap pengerjaan proyek di negara ini, yaitu masalah dana. Perlu diketahui, untuk membuat satelit biayannya sangatlah besar, Anggarannya bisa mencapai ratusan juta US$ . Hal ini diperparah dengan belum dijadikannya proyek satelit sebagai proritas di dalam politik negara ini. Untuk contoh kasusnya saja, LAPAN mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana sebesar Rp 300 miliar untuk proyek satelit mikro . Bandingkan dengan negara-negara maju lainnya yang memberikan anggran sangat besar untuk pengembangan satelit. Rusia untuk mengembangkan satelitnya yang bernama Glonnas saja menganggarkan US$ 300 million.

Saran-saran untuk Mengatasi Hambatan dan Manfaat yang diterima Indonesia

Meskipun masalah yang dihadapi Indonesia terbilang “pelik” dalam mengembangkan dunia satelit di Indonesia, tetapi ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menyiasati dan mengatasi masalah-masalah tersebut. Selain itu, saran-saran tersebut juga akan memberikan manfaat ekstra ayng bisa dinikmati oleh Indonesia nantinya.

Saran-saran
1. Mengubah Kebijakan Pemerintah
Hal yang pertama perlu dilakukan ialah membuat pengembangan satelit menjadi salah satu aspek pembangunan yang diprioritaskan oleh pemerintah. Dengan adanya jaminan dari pemerintah, maka setidaknya masalah-masalah yang menyangkut birokrasi bisa diminimalisasi. Selain itu jaminan dari pemerintah juga bisa mendorong pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia.

2. Mendirikan Pusat Pengembangan Satelit Internasional
Untuk mengatasi masalah keterbelakangan teknologi, hal itu bisa diatasi dengan “alih teknologi”. Alih teknologi bisa dilakukan dengan membuat pusat atau pangkalan pembuatan dan pengembangan satelit Internasional di Indonesia yang dananya didapat dari pemerintah Indonesia dan investasi dari pihak asing. Dengan letak Indonesia yang melewati garis kathulistiwa, seharusnya hal itu menjadi nilai lebih yang menarik pihak asing untuk berinvestasi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa meluncurkan pesawat angkasa luar lebih baik dilakukan di khatulistiwa . Pada awal 2000 sempat ada niat dari Rusia dan Amerika Serikat untuk menjadikan Pulau Biak di Propinsi Papua sebagai lokasi peluncuran satelit . Hanya saja terhambat karena sikap birokrasi Indonesia. Selain itu dengan dekatnya tempat pembuatan dan peluncuran pesawat angkasa luar, maka hal tersebut bisa meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.

Indonesia juga mendapatkan manfaat dari segi ekonomi pembangunan, langkah tersebut juga bisa membantu pembangunan infrastruktur di daerah yang bersangkutan, sehingga bisa mengembangkan suatu kota baru. Kota tersebut bisa berkembang akibat adanya pusat pengembangan satelit internasional yang juga akan turut memicu pembangunan infrastruktur di daerah tersebut dan dapat memicu meningkatnya kegiatan perekonomian daerah tersebut. Dalam pembuatan pusat pengembangan satelit internasional tersebut juga akan banyak menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja daerah setempat. Baik tenaga kasar seperti buruh, mandor, keamanan hingga tenaga kerja trampil seperti arsitek, ahli Geologi hingga dokter. Sehingga bisa menyentuh sektor riil daerah setempat dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Hal tersebut juga bisa digunakan untuk mengatasi problem rendahnya kualitas SDM Indonesia. Di pusat pembuatan satelit tersebut bisa dijadikan sebagai tempat pelatihan dan pendidikan bagi para teknisi-teknisi Indonesia. Para pengajarnya merupakan para teknisi asing yang didatangkan dengan tujuan alih teknologi. Dengan fungsinya sebagai meeting point maka diharapkan kualitas SDM Indonesia akan meningkat, termasuk dari segi attitude. Karena para teknisi lokal akan banyak berinteraksi dengan teknisi luar, sehingga diharapkan mereka dapat meniru budaya positif Barat yang menjadi budaya buruk bangsa kita, seperti tepat waktu, disiplin, tingginya etos kerja, profesionalitas dan integritas.

3. Mengembangkan Satelit Bersama dengan Negara Lainnya
Sedangkan untuk masalah dana, hal itu bisa diatasi dengan mengajak negara yang ber-GDP tinggi tetapi tidak mempunyai akses dan teknologi untuk mengembangkan satelit, atau negara yang belum memprioritaskan satelit sebagai pembangunan negerinya. Alternatif lain ialah Indonesia mengajak negara-negara pendonor Indonesia seperti Belanda, Jerman atau bahkan Luksemburg untuk menanamkan modalnya di pusat satelit internasional yang dikelola dan berlokasi di Indonesia.

Apabila Indonesia ingin mengembangkan hubungan regional agar lebih baik, maka Indonesia dapat mengajak negara-negara ASEAN untuk berinvestasi di pusat satelit tersebut. Didukung dengan berada di wilayah yang sama, maka seharusnya hal tersebut dapat menjadi semacam nilai lebih dalam mengajak ASEAN untuk ikut bergabung dalam proyek ini. Sehingga dalam proses pengerjaannya nanti, dana untuk pembuatan satelit ditutupi secara “patungan” atau bersama-sama oleh Indonesia dengan negara partner. Hal yang harus diperhatikan disini ialah kepentingan kedua negara dalam penggunaan satelit tersebut harus sama-sama terpenuhi.

Manfaat-manfaat yang akan didapat Indonesia
Dengan mengubah kebijakan pemerintah, maka sektor pengembangan satelit akan semakin mendapatkan “porsi lebih” di negara ini, sehingga akan ada banyak perhatian, baik berupa fasilitas maupun dana yang diberikan pemerintah. Begitu pula dengan mendirikan semacam pangkalan satelit internasional dan berinvestasi dengan negara lainnya dalam proyek satelit yang dikembangankan oleh Indonesia, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat yang didapatkan oleh Indonesia. Selain lancarnya proses alih teknologi, meningkatnya kualitas SDM Indonesia, berkembangnya infrastruktur daerah, meningkatnya pendapatan masyarakat, selesainya masalah dana, hingga dapat mempererat hubungan internasional antara Indonesia dengan negara-negara lainnya. Hal tersebut akan sangat berguna, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa adanya bantuan dari negara lainnya.

Kesimpulan

Di Indonesia sendiri pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas, ditambah dengan adanya berbagai faktor yang menghambat pengembangan satelit di Indonesia seperti teknologi, kualitas sumber daya manusia hingga dana, hal tersebut menyebabkan pengembangan satelit di Indonesia seakan “berjalan di tempat”.

Meskipun demikian, Indonesia dirasa perlu untuk mengembangkan dunia persatelitannya. Hal itu dikarenakan berbagai berbagai hal. Seperti kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan fungsi-fungsi satelit yang sangat berguna bagi Hankam dan komunikasi di Indonesia serta makin menegaskan posisi Indonesia di mata dunia akibat mengembangkan satelit.

Untuk mengatasi masalah agar pengembangan satelit dapat berjalan dengan lancar maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu adanya perhatian “ekstra” dari pemerintah, membuat pusat pengembangan satelit internasional dan mengembangkan satelit bersama negara lain. Dengan begitu masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan, bahkan Indonesia akan menikmati beberapa keuntungan dari dijalankannya kebijakan tersebut seperti lancarnya pembangunan infrastruktur dan makin kuatnya hubungan serta politik luar negeri Indonesia yang dapat memberikan dampak positif bagi Indoensia ke depannya.

Untuk itulah, walaupun pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas di Indonesia, tetapi Indonesia akan mendapatkan dampak yang positif dari pengembangan dunia persatelitan di Indonesia. Untuk itulah pemerintah harus membantu dan mengembangkan dunia persatelitan Indonesia.

Daftar Pustaka

Senin, 23 Maret 2009

Mungkinkah ASEAN Memakai Mata Uang Tunggal?

Mungkinkah ASEAN Memakai Mata Uang Tunggal?
Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Ekonomi Politik

Impian ASEAN
Semenjak didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 d Bangkok, ASEAN (Association of South East Asian Nation) diharapkan dapat menjadi suatu komunitas yang saling membantu antar negara-negara anggotanya, seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Salah satu kerjasama tersebut meliputi bidang ekonomi. Untuk bidang ekonomi sendiri, kerjasama di ASEAN sudah berhasil melahirkan AFTA (Asean Free Trade Area), yaitu merupakan kerjasama ekonomi di bidang regional yang berupa kawasan perdagangan bebas. AFTA sendiri sudah diberlakukan secara penuh semenjak 1 Januari 2002. Setelah AFTA, kini banyak pihak yang berpikir tentang kemungkinan diberlakukanny mata uang tungal untuk ASEAN, seperti Uni Eropa dengan Euro (€).

Dengan diberlakukannya mata uang tunggal ASEAN, maka diharapkan ASEAN dapat meningkatkan tingkat volume perdagangan dan kerjasama yang berakibat positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang memandang positif ide tersebut ialah Takatoshi Ito (mantan Deputi Wakil Menteri Keuangan Jepang) & Yoshihiro Iwasak (Direktur Jenderal sekaligus Kepala Unit Monitoring Ekonomi Regional Bank Pembangunan Asia). Mereka berpendapat bahwa dengan begitu maka akan terbentuk pasar kapital yang lebih kuat dan lebih stabil. Selain itu, mata uang tersebut akan terhindar dari para spekulan.

Dengan adanya mata uang yang stabil, membuat perekonomian para anggota ASEAN akan menjadi lebih mapan, yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, hal tersebut akan mempererat hubungan antar anggota, sehingga dapat meningkatkan volume perdaganan melalui ekspor & impor, karena tidak adanya bea masuk. Apabila ASEAN telah menetapakan mata uang tunggal, hal itu berarti ASEAN telah menetapakan sistem moneter tunggal. Yang merupakan kerjasama regional yang paling tinggi tingkatannya. Berarti ASEAN telah berhasil melaksanakan kerjasama-kerjasama lainnya dengan sukses seperti Free Trade Zone, bebas visa dan fiskal untuk perpindahan penduduk antar negara.

Realita dan Hambatan ASEAN
Hanya saja, ditengah pandangan optimis para orang tentang mata uang tunggal ASEAN, sepertinya hal tersebut agak susah diwujudkan, kalau tidak mau dibilang mustahil. Setidaknya untuk 30-50 tahun kedepan. Mengapa demikian? Karena apabila ASEAN ingin meniru Uni Eropa, maka ada berbagai perbedaan mendasar dan fundamental yang harus dihadapi ASEAN. Yang merupakan faktor-faktor penghambat terjadinya integrasi ASEAN menjadi ASEAN yang satu, terutama penggunaan mata uang tunggal di kawasan ASEAN.
Faktor historis sangat menentukan. Perlu diketahui, rencana Uni Eropa dengan mata uang tunggalnya dan satu sistem moneter telah dicetuskan sejak Perjanjian Roma pada tahun 1957. Sedangkan Uni Eropa sendiri baru menggunakan Euro semenjak tahun 1999 secara giral dan 2002 secara kartal. Atau kurang lebih 40 tahun setelah Perjanjian Roma ditandatangani.

Sedangkan ASEAN sendiri baru dibentuk pada tahun 1967. Memang dari segi nominal ASEAN hanya “tertinggal” 10 tahun. Tapi dari segi kemapanan ekonomi dan sektor-sektor lain, seperti infrastruktur. Berapa dekade ASEAN tertinggal? Hal itulah yang membuat ASEAN masih cukup lama untuk bersatu dalam segi moneter, khususnya penggunaan mata uang tunggal.

Tentu saja faktor politik dan pemerintahan juga sangat mempengaruhi. Saat Uni Eropa terbentuk, para anggotanya memiliki sistem politik yang berupa demokrasi politik. Sedangkan di ASEAN sendiri, anggota-anggotanya memiliki sistem yang berbeda-beda. Dapat kita kelompokan menjadi beberapa bagian seperti Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan sistemn Monarki. Indonesia dengan bentuk republik dan Myanmnar dengan bentuk Junta Militer. Perbedaaan ideologi bangsa itulah yang menyebabkan ASEAN mengalami kesulitan untuk bersatu di segala bidang. Sedangkan di Eropa sendiri, masing-masing negaranya menganut politik demokrasi. Sehingga hal tersebut tidaklah menjadi suatu penghambat. Seperti di Myanmar, gejolak politik yang terjadi sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Pada 2007, Myanmar mengalami inflasi sebesar 30 %. Sehingga stabilitas politik masing-masing negara anggota sangatlah penting.

Selain itu juga ada tentang masalah prinsip ASEAN. Apabila kita melihat Deklarasi Bangkok, maka salah satu hasilnya adalah “Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota” . Apabila ASEAN jadi memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal, maka itu secara tidak langsung ASEAN mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggotanya. Hal itu akan bertentangan dengan prinsip ASEAN yang disebutkan di atas.

Sedangkan dari segi ekonomi, salah satu hal yang paling mendasar ialah adanya inequality income distribution, hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

GDP per Kapita 12 Negara Uni Eropa pertama pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Jerman 26.123,92
2 Irlandia 25.848,79
3 Belanda 26.141,54
4 Prancis 24.859,40
5 Luxemburg 49.053,27
6 Austria 21.195,07
7 Finlandia 25.351
8 Belgia 24.794,00
9 Italia 21.129,55
10 Portugal 11.995,13
11 Spanyol 15.495,84
12 Yunani 12.610,95
sumber : www.econstat.com






GDP per Kapita Negara-Negara ASEAN pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Brunei Darussalam 14.524
2 Filipina 1018,88
3 Indonesia 745,79
4 Kamboja 281.18
5 Laos 285,6
6 Myanmar 172,74
7 Singapura 20.909,36
8 Thailand 1984,94
9 Vietnam 379,47
10 Malaysia 3537.53
sumber : www.econstat.com

Dari data di atas, kita bisa melihat perbedaannya. Negara-negara Uni Eropa mempunyai pendapatan yang relatif merata dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Selain itu dengan pendapatan yang relatif besar, maka hal tersebut mencerminkan perekonomian yang stabil. Hal itu sangatlah berbeda dengan ASEAN, dimana belum semua anggotanya memiliki perekonomian yang stabil.

Dengan perekonomian yang stabil, maka tidaklah susah bagi para negara Uni Eropa untuk mengembangkan kerjasama dengan negara lain. Hal itulah yang harus ditiru oleh ASEAN apabila ingin mengembangkan kerjasama yang lebih menyeluruh di segala bidang. Sehingga apabila saat ASEAN mengembangkan sistem mata uang tunggal, maka tidak ada negara yang menjadi “beban ekonomi” bagi negara ASEAN lainnya.

Hal lain yang juga mempercepat terjadinya penyatuan Eropa dalam segi moneter ialah karena negara-negara Eropa tersebut sudah mempunyai mata uang masing-masing yang cukup stabil dan telah lama berdiri. Seperti Jerman dengan Deutsche Mark, Italia dengan Lira, Prancis dengan Franc, Belanda dengan Gulden dll. Masing-masing mata uang tersebut mempunyai kisah yang cukup lama dan terbukti bernilai stabil selama beberapa tahun terakhir sebelum dikonversi kedalam bentuk Euro.

Hal itu sangat berbeda dengan ASEAN. Masih banyak negara di ASEAN yang sistem moneternya belum cukup mapan, sehingga apabila terjadi “gangguan” sedikit saja, maka akan berakibat fatal. Dengan berkaca kepada krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997. Bermula dari Thailand, krisi itu menyebar ke seluruh negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia. Walaupun pada saat itu para pejabat tinggi Indonesia menyatakan bahwa Indonesia akan bertahan dari krisi tersebut. Hasilnya? Bisa kita lihat sekarang. Dapatkah dibayangkan apabila masih ada negara yang sistem moneternya belum cukup mapan didalam ASEAN saat digunakannya mata uang tunggal? Mungkin hal tersebut akan berakibat jauh lebih buruk daripada krisis tahun 1997.

Sebagai perbandingan, di Uni Eropa saat inflasi sudah menyentu angka 3 koma sekian persen, maka hal itu sudah menjadi semacam peringatan. Sedangkan di ASEAN sendiri, tingkat inflasinyasangat bervariasi. Brunei mempunyai tingkat inflasi yang paling rendah, yaitu sebesar 0,496% (2006) sedangkan Myanmar tingkat inflasiny sebesar 30% (2007). Dapatkah dibayangkan dampakanya apabila kedua negara tersebut “dipaksa” untuk melebut dalam satu sistem moneter?_

Sedangkan dari segi demografi akan mengalami perubahan yang cukup signifikan apabila ASEAN jadi seperti Uni Eropa. Perlu diketahui apabila ASEAN sudah memakai sistem moneter tunggal dan mata uang tunggal, maka hal tersebut merupakan contoh kerjasama regional yang paling tinggi, sehingga kerjasama-kerjasama lainnya berarti sudah dilakasanakan sebelumnya. Seperti misalanya bebas visa dan bea masuk untuk migrasi penduduk dan Free Trade Zone (AFTA). Tentu saja para pekerja (labor force) akan mencari dan datang ke negara yang memiliki struktur perekonomian yang stabil dan kuat. Mungkin Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam akan menjadi tujuan utma para pencari kerja dari seluruh negara ASEAN. Karena ketiga negara tersebut memeiliki struktur ekonomi yang paling bagus dibandingkan negara-negara lainnya. Termasuk tingkat pengangguran yang rendah, Singapura 2,3% , Malaysia 3,2% dan Brunei sebesar 3,7%

Sedangkan Indonesia, dengan tingkat pengangguran sebesar 9,1% dan ditambah paradigma klasik yang meninggikan pekerjaan di luar negeri. Dapat dipastikan putra-putri terbaik bangsa akan meninggalkan Indonesia dan mencari kerja di luar negeri. Seperti dijelaskan di buku karangan Kruggman , adanya migrasi pekerja akan membuat labor supply di home country berkurang, yang menyebabkan wages di home country meningkat. Sedangkan karena adanya pertambahan labor supply di foreign country akan menyebabkan wages di foreign country turun. Dengan demikian para labor yang well-qualified akan memilih untuk bekerja di negara yang memilki struktur ekonomi yang mapan. Sehingga mereka bermigrasi.

Apabila terjadi demikian, maka akan terjadi penumpukan labor di negara-negara tersebut. Belum lagi migrasi labor melalui jalur ilegal atau yang disebut dengan trafficking yang dipastikan akan meningkat dengan pesat. Karena saat ini saja trafficking berkembang dengan sangat pesat, walaupun masih ada undang-undang ketenagakerjaan. Apalagi kalau migrasi para labor dibebaskan? Untuk itu masalah trafficking harus dibenahi terlebih dahulu. Apabila tidak, maka hal tersebut dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang, seperti ekonomi dan keamanan. Karena seperti kita ketahui tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu timbulnya masalah-masalah klasik.

Di bidang ekspor-impor, Indonesia akan mengalami tantangan berat. Pada 2008 lalu ekspor Indonesia sebesar 114,101 US$ milliar . Sedangkan dari bea masuk sebesar Rp 17,04 triliun , suatu jumlah yang lumayan besar. Apalagi pendapatan bea masuk tersebut masih tergolong rendah mengingat budaya Indonesia, masih bisa ditingkatkan lagi. Apabila AFTA semakin maju dan membebaskan bea masuk, maka Indonesia akan kehilangan salah satu sumber pendanaan potensial. Mungkin tidak semua barang dikenakan bebas bea masuk, tapi tetap saja akan ada pendapatan yang hilang.

Pada 2008 impor Indonesia sebesar 121,455 US$ milliar . Apabila tidak adanya bea masuk, maka hal itu akan meningkatkan jumlah impor Indonesia. Selain itu, dengan bebasnya barang-barang impor masuk ke Indonesia. Maka hal itu dapat menjadi ancaman bagi produk Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan proteksi terhadap produk-produk lokal.



Kesimpulan
Dengan berdasarkan fakta dan data yang diberikan, ASEAN tidak akan memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk beberapa dekade ke depan. Karena ASEAN harus menghadapi berbagai masalah yang ada seperti inequality income distribution, stabilitas politik dan stabilitas ekonomi di masing-masing negara anggotanya. Apabila tetap dipaksakan, maka hal itu akan berdampak buruk bagi masing-masing anggotanya. Dengan mengambil contoh di negara Indonesia. Akibatnya antara lain terjadinya penumpukan dan perpindahan well-qualified labor di negara-negara yang memiliki struktur ekonomi yang kuat. Hilangnya salah satu sumber pendapatan yang berasal dari bea masuk karena adanya Free Trade Zone. Tersainginya produk-produk lokal oleh produk impor yang semakin membanjiri pasar. Selain itu trafficking akan semakin berkembang pesat antar negara anggota ASEAN. Untuk itulah, sebelum memikirkan bagaimana kita membentuk unifikasi antar anggota ASEAN, lebih baik negara-negara ASEAN tersebut membenahi dulu masalah dalam negeri masing-masing. Tak lupa, untuk memperkuat sektor ekonomi domestik, jangan terlalu bergantung kepada pihak luar. Apabila negara-negara ASEAN tersebut sudah cukup mapan, baru kemudian ASEAN dapat membicarakan tentang unifikasi ASEAN, terutama penggunaan mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk ASEAN.

Daftar Pustaka

Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld. 2006. International Economics, Theory and Policy, 7e. Boston :
Pearson Education
http://www.channelnewsasia.com
http://www.indexmundi.com/malaysia/unemployment_rate.html
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/bx.html
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://www.econstats.com
http://www.majalahtrust.com/danlainlain/politik/552.php

Jumat, 20 Maret 2009

Pertanyaan2 Sensitif Bagi Pria di Dunia Perkuliahan

Gw bikin beginian...gara2 kemaren gw ketemu sm Tom*t...pas gw nanya doi tentang "sesuatu", doi cuma cengar-cengir aje...katanya itu pertanyaan yang bisa bikin orang agak2 "sensi" untuk seserang yang "fresh graduate"...(maap Met...hehehe....)

Gw pun nyadar...sebagai pria (cowok) kita punya beberapa pertanyaan yang membuat kita "sensi" alias sebel a.k.a naik darah turun berok.Ok2...biar g banyak cincong langsung aj y...(harus diingat...pertanyaan2 ini buat orang dengan kemampuan pas2an...baik dari berbagai segi...yang kalo mau dapetin sesuatu usahanya setengah mati....)

1. Untuk pelajar SMA yang mau SPMB : "Mau masuk mana nanti kuliahnya?"
2. Untuk mahasiswa yang baru ngerasain betapa "kejamnya" dunia perkuliahan : "IP semester kemaren berapa?"
3. Untuk mahasiswa yang udah kuliah lama tapi masih "STMJ (sudah tua masih jomblo)" : "Ceweklosapa sekarang???"
4. Untuk mahasiswa yang belum lulus2 padahal temen2nya ud pada lulus smua : "Kapan lulus kamu nak?"
5. Untuk mahasisa yang udah lulus tapi nilainy pas2an, jadinya nyari kerja setengah mati :"Kerja dimana sekarang? / Ngelamar dimana aj?"
6. Untuk mahasiswa yang kerjaannya ngambil mata kuliah yang "itu-itu lagi" a.k.a ngulang trus!!! : "Semester ini ngambil mata kuliah apa aj...? Kok ngambil mata kuliah X lagi?"
7. Untuk mahasiswa yang gagal masuk Universitas favorit ato pilihan, sehingga keterima di Universitas "cadangan" : "Kok lo malah kuliah di situ?"
8. Untuk mahasiswa yang belum belajar sama sekali padahal besoknya mau ujian : "Eh...ajarin gw mata kuliah X dong...!!!" ato "Pinjem catetanlo dong!!!" ato "Udah sampe mana belajarnya???"

yaa....itulah beberapa pertanyaan yang bisa bikin beberapa mahasiswa agak2 sensi....tapi harus diinget..g semua mahasisa kayak gitu....ada juga tu yang tenang2 aja biarpun besokny ujian...yaa....itu semua balik ke diri lo sendiri lah....maap2 kalo ada yang tersinggung...SLOw AJE BOS....

Rabu, 18 Maret 2009

The New Event for Local Band

Salam buat seluruh pecinta musik di tanah air. Belakangan ini kita tahu bahwa industri musik tanah air semakin menggeliat, baik indie maupun major label. Hal ini tentu merupakan suatu keadaan yang positif, karena kita semua berharap bahwa para pemusik lokal bisa menjadi "raja" di tanah air.
Sebagai salah satu pecinta musik lokal, saya mempunyai saran kepada rollingtone indonesia agar bisa semakin berkontribusi dalam memajukan industri musik lokal. salah satu langkahnya adalah dengan mengadakan event sendiri tiap bulannya.Karena saya pernah melihat foto di salah satu edisi rollingstone bahwa kantor rollingstone yang terletak di jalan ampera pernah mengadakan suatu event.
Bagaimana jika pihak rollingstone membuat suatu event bulanan yang menampilkan band-band lokal mulai dari jago-jago indie seperti The Brandals, Seringai, Netral, The Hydrant, The Sigit hingga para pendatang baru seperti Jagostu, 70's orgasm club. Sehingga bisa untuk menjadi wadah "bermain" bagi band-band tersebut. Seperti trax fm dengan terusik trakustik. Mungkin event ini bisa diadakan pada midweek atau weekend, itu tak jadi soal.
Selain bisa menjadi tempat unjuk gigi, pada event ini para band-band tersebut bisa juga menjual marchendise mereka seperti layaknya sebuah workshop, karena kita tahu bahwa banyak band-band indie lokal yang mencari "tambahan" dengan menjual marchendise mereka dan marchendise mereka biasanya laku, walaupun yang versi bajakannya lebih banyak dijual di market.
Untuk tiket masuk pihak rollingstone bisa menjualnya dengan cara menempelkannya di majalah rollingstone, sehingga dengan demikian oplah penjualan majalah rollingstone sendiri akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang ke event tersebut. Yang jelas apabila untuk tiket memakai cara ini, maka event ini diadakan pada pertengahan bulan, setelah majalah rollingstone sampai di tangan para pembaca. Satu kupon mungkin bisa berlaku untuk 2 orang, atau 1 orang saja, itu terserah pihak rollingstone.
Sedangkan untuk sponsor, saya yakin pihak rollingstone pasti lebih tahu dan berpengalaman dari saya, selain itu brand rollingstone sendiri merupakan suatu brand internasional yang identik dengan rock n roll, sehingga saya yakin soal sponsor tidak terlalu susah. Dan setelah satu periode event ini bergulir, bisa diliris album kompilasi para band yang tampil. Karena di Indonesia album yang merupakan kumpulan live concert masih jarang. Selain itu saya juga berharap event ini bisa menjadi semacam the new legendary venue seperti parc, bulungan, dan venue-venue lainnya.
Untuk nama event ini sendiri, apabila diadakan pada hari minggu, salah satu nama yang terlintas di benak saya ialah Sunday Rock Section (SRS), sehingga dalam beberapa hari kedepannya para penikmat musik mempunyai "bahan bakar" dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari dan weekend mereka terasa semakin sempurna.Dan setidaknya dalam satu bulan, kita mempunyai "sesuatu" yang layak untuk ditunggu-tunggu untuk melepaskan adrenalin dan hasrat terhadap rock n roll.
Ini hanya merupakan salah satu saran saya agar dunia musik Indonesia semakin berkaembang ke arah yang lebih baik, dan saya merasa bahwa pihak rollingstone mempunyai kapasitas untuk itu. Demikianlah salah satu saran saya yang saya harap mungkin bisa berguna. Salam untuk para pecinta musik tanah air. Just Keep ROCKing AND ROLLing!!!

Sabtu, 31 Januari 2009

Mal vs Museum

Mal vs Museum

Sekarang ini globalisasi seakan-akan sudah menjadi candu untuk masyarakat Jakarta. Tidak mengenal golongan dan status, miskin-kaya, semua berlomba-lomba untuk menunjukan betapa ”modern” dan ”globalnya” mereka. Hal itu mereka tunjukkan dengan sikap konsumtif mereka yang membuat mal, club, cafe dan bioskop seakan menjadi ”tempat ibadah” bagi suatu kepercayaan yang dinamakan konsumsi. Dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut mereka merasa seakan sudah menjadi manusia ”modern” yang selaras dengan perkembangan zaman. Padahal di Jakarta tidak hanya mal dan pusat perbelanjaan yang bertebaran, di Jakarta juga terdapat banyak tempat wisata yang bisa dijadikan alternatif sebagai tujuan wisata seperti museum, kebun binatang dll. Tetapi mengapa orang-orang bisa mengunjungi mal berkali-kali, sedangkan mereka umumnya hanya mau mengunjungi museum sekali saja?

Memilih untuk mengunjungi mal dibandingkan museum bukan berarti kita tidak peduli terhadap sejarah dan kebudayaan, hana saja ada satu hal yang membedakan dua lokasi wisata tersebut, yaitu inovasi. Apa yang dimaksud dengan inovasi di sini? Untuk mengetahuinya kita bisa melihat betapa banyak hal yang bisa kita lakukan dan dilihat di mal dibandingkan dengan di museum.

Kita semua tahu bahwa kita bisa melakukan banyak hal di mal seperti belanja, menonton bioskop, makan atau bahkan hanya sekedar nongkrong bareng bersama teman-teman. Hal-hal tersebut bisa kita lakukan berkali-kali karena di mal ada inovasi. Misalnya kita bisa menonton film yang berbeda hingga mencoba makanan yang berbeda atau belanja yang berbeda. Sehingga apabila kita mengunjungi suatu mal berkali-kali makakita tidak akan jenuh dan bahkan kita akan merasa senang. Karena semakin lengkap isi dari mal tersebut maka semakin mal tersebut mempunyai nilai lebih, karena kita bisa melakukan banyak hal sekaligus di mal tersebut, atau meminjam istilah asing ”one stop shopping”. Karena manusia menyukai segala hal yang praktis.

Coba kita bandingkan dengan museum. Apabila kita mengunjungi museum untuk pertama kalinya lalu kita menjelajahi museum itu hingga ke seluruh pelosok museum tersebut, mungkin kita akan merasakan suatu senasi yang luar biasa. Tetapi apabila kita datang untuk mengunjungi museum yang sama untuk kedua kalinya, maka akan timbul rasa jenuh. Mengapa? Karena di museum tersebut tidak adanya inovasi sehingga kita tidak menemukan hal yang baru dari museum tersebut. Kita hanya akan melihat hal yang sama yang sudah pernah kita lihat sebelumnya. Sehingga kita akan merasa bosan dan mungkin kita tidak berniat untuk mengunjungi museum tersebut untuk ketiga kalinya (hal ini tidak berlaku untuk orang yang menggilai sejarah dan kebudayaan).

Hal itulah yang menyebabkan mengapa kita bisa mengunjugi suatu mal berkali-kali sedangkan untuk museum hanya cukup sekali saja, mungkin kita bisa mengunjungi museum tersebut lagi setelah rentang waktu beberapa tahun. Karena kita bisa melihat dan melakukan hal yang berbeda setiap kita mengunjungi mal, sedangkan museum tidak.

Apabila kita ingin membuat banyak orang mengunjungi museum kita harus melakukan inovasi. Misalnya kita bisa mengadakan pameran yang berbeda setiap bulannya. Kita bisa mengadakan pameran tentang benda-benda kebudayaan Tionghoa di bulan ini dan benda-benda peninggalan VOC di bulan selanjutnya. Dengan begitu pengunjung tidak akan merasa bosan dan mereka memiliki alasan untuk datang kembali ke museum. Ada hal baru yang bisa untuk dilihat!!!!

Semoga di masa yang akan datang orang-orang akan lebih menghargai sejarah dan kebudayaan bangsa ini. Apakah Anda mempunyai ide lain untuk mendorong orang-orang berkunjung ke museum???

Minggu, 25 Januari 2009

Sekilas Tentang Donor Darah

Donor darah, suatu kegiatan yang akrab namun asing sekaligus. Akrab karena kata tersebut sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering kita bahas dan kita juga tahu betapa pentingnya sekantong darah tersebut untuk kelangsungan hidup seseorang. Namun kata tersebut juga sekaligus asing karena masih jarang dari kita yang menyempatkan waktu untuk berkunjung dan mendonorkan darahnya. Padahal donor darah berimbas positif bagi sang pendonor dan sang penerima.

Donor darah sendiri berarti kita sebagai pendonor memberikan darah kita kepada suatu mediator (biasanya Palang Merah Indonesia yang disebut Bank Darah) yang kemudian akan mendistribusikan darah kita kepada pihak yang membutuhkan. Seperti kita ketahui, donor darah sangat penting dan memegang peranan vital untuk pengobatan berbagai penyakit dan kecelakaan. Misalnya Demam Berdarah Dengue (DBD), pasca melahirkan hingga korban kecelakaan.

Selain memegang peranan penting dalam pengobatan berbagai penyakit, donor darah juga berguna bagi si pendonor. Karena donor darah dapat mengurangi resiko terjadinya serangan jantung, mengurangi kekentalan darah karena apabila darah terlalu kental dapat terjadi penyumbatan pembuluh darah dan mengurangi kadar zat besi pada darah. Donor darah juga mengajarkan salah satu nilai kemanusiaan, yaitu berbagi, karena seperti kita ketahui bahwa berbagi itu indah dan merupakansifat dasar manusia.
Hanya saja tidak semua orang bisa menjadi donor darah. Untuk menjadi pendonor diharuskan berusia 17-60 tahun, berat badan minimum 45 kg, tekanan darah normal dan temperatur tubuh 36,6 – 37,5 derajat celcius (untuk info lebih jelas kunjung http://www.palangmerah.org/pelayanan_transfusi.asp)

Apabila Anda sudah merasa yakin sehat wal’afiat dan mempunyai niat untuk mendonorkan darah Anda, anda tinggal datang ke kantor PMI (Palang Merah Indonesia Pusat) di Jl. Pecenongan no 82 Jakarta Pusat. Di sana Anda bisa mendonorkan darah kapan saja 24 jam sehari dan Anda bisa mendapatkan berbagai info tentang donor darah sekaligus mengecek apakah Anda benar-benar sehat. Jadi, apabila Anda ingin menolong saudara-saudara Anda, Anda tahu harus kemana. Terima kasih.

Miniatur Jakarta

Jakarta sebagai ibukota Indoenesia, sudah pasti merupakan pusat dari kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri. Mulai dari perekonomian, pemerintahan hingga kebudayaan atau lifestyle. Sejak dulu, berbagai fashion yang sedang in atau ngetrend selalu berasal dari Jakarta dan kemudian meluas ke berbagai daerah di Indoenesia.
Trend fashion atau lifestyle dari Jakrta itu sendiri beraneka ragam. Karena di Jakarta hidup masyarakat majemuk yang berasal dari pelbagai darah di seluruh Indoensia bahakan dari berbagai negara. Oleh sebab itulah di Jakarta sendiri terdapat bermacam-macam komunitas yang berdasarkan lfestyle dan gaya mode. Seperti komunitas skaters,bikers, bombers(komunitas pencinta ural dan graffity), anak band, breakers, komunitas fotografy, hingga komunitas hedonis yang tujuannya hanya mencari kepuasan belaka. Semua komunitas tersebut membuat Jakarta makin kaya dan menarik.
Sekarang apabila Anda ingin tahu, komunitas apa yang sedang “naik daun” dan sedang memiliki penggemar (saya sebut “sedang” karena para penganut komunitas ini banyak yang asal ikut trend, walaupun ada beberapa dari mereka yang “die hard fans”-salut buat orang-orang seperti ini!!!) anda tinggal mengunjungi beberapa tempat yang menjadi “lokasi gaul” anak-anak muda Jakarta, salah satunya adalah Taman Menteng. Anda tinggal mengunjungi Taman Menteng yang terletak di Jakarta Pusat yang merupakan bekas Markas dan Pusat Latihan Persija Jakarta. Mungkin Anda sudah tahu lokasi dari Taman Menteng itu sendiri dan sudah pernah mengunjunginya, tetapi cobalah untuk mengunjunginya pada malam Minggu atau saat hari libur karena di Taman Menteng tersebut biasanya ramai dikunjungi (yang umumnya remaja) dan dijadikan sebagai tempat mangkal atau basecamp berbagai komunitas di Jakarta. Di sana kita bisa melihat berbagai komunitas yang ada di Jakarta. Kita bisa meihat berbagai jenis hobi dan tingkah laku mereka yang bermacam-macam tingkahnya. Mungkin di satu sisi ada beberapa pemuda sedang berolahraga, lalu di sisi lain ada beberapa orang yang sedang menenggak minuman keras. Hmmm.....suatu situasi yang “sedikit” kontradiktif bukan?
Dengan mengunjungi Taman Menteng kita seakan-akan sedang melihat “highlights” atau “rangkuman” tentang lifestyle di Jakarta. Di tempat tersebut, berbagai orang sedang melakukan aktivitas yang mencerminkan minat dan hobinya. Suatu pemandangan yang menarik dan memberi pengetahuan tentang trend apa yang sedang “in” di ibukota tercinta ini.