Jumat, 12 Juni 2009

3+2 > 6+5 (Tiga Plus Dua Lebih Baik dari Enam Plus Lima)

Sebagai seorang pecandu bola, salah satu hal yang meresahkan saya ialah tentang kualitas Tim Nasional (Timnas) itu sendiri. Bobrok!!! Mungkin kata itu terdengar kasar, tetapi coba perhatikan...kompetisi yang sarat permasalahan, prestasi Timnas yang kering kerontang bahkan di kawasan Asia Tenggara hingga struktur organisasi tertinggi yang seperti sirkus. Tetapi hanya kritik tidak akan memecahkan permasalahan. Untuk itulah saya akan mencoba memberikan solusi yang menurut saya mampu untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan ialah dengan meningkatkan mutu kompetisi itu sendiri. Karena dengan kompetisi yang bagus dan kompetitif maka dengan sendirinya para pemain Indonesia akan semakin terasah kemampuannya. Selain itu Timnas merupakan muara dari kompetisi itu sendiri. Salah satu hal yang pantas mendapatkan perhatian berlebih ialah para pemain muda karena mereka yang akan menentukan kemana timnas kita ini. Untuk meningkatkan kualitas para pemain muda ini, PSSI harus mengeluarkan kebijakan yang memproteksi para pemain muda tersebut.

Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh PSSI ialah bahwa setiap tim boleh memiliki lima pemain asing dan kelima pemain itu boleh dimainkan secara sekaligus dalam satu pertandingan (6+5). Menurut saya hal itu akan menghambat adanya proses regenerasi. Dengan adanya lima pemain asing itu maka kesempatan para pemain lokal hanya menjadi enam orang. Mungkin secara kualitas dan short-run hal tersebut bisa meningkatkan mutu kompetisi. Tetapi bagaimana dengan kesempatan para pemain lokal? Khususnya para pemain muda, sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan bermain. Oleh karena itu, perkembangan kualitas para pemain muda sangatlah memprihatinkan.

Untuk menyiasati hal tersebut, maka PSSI harus merubah peraturan tersebut dari 6+5 menjadi 3+2. Yang dimaksud dengan 3+2 di sini ialah bahwa setiap tim masih boleh memiliki 5 pemain asing, hanya saja yang boleh dimainkan dalam satu pertandingan maksimum ialah hanya 3 pemain. Sedangkan 2 tempat sisanya diberikan kepada pemain lokal Under-23. Dengan begitu maka dalam satu tim terdiri dari 6 pemain lokal senior, 3 pemain asing dan 2 pemain U-23 yang berasal dari tim tersebut (kalau di Eropa dikenal dengan nama homegrown player). Dengan begitu para pemain muda akan semakin mendapatkan kesempatan dan mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka secara kontinuitas.

Dengan hanya boleh memainkan 3 pemain asing, maka klub akan semakin lebih selektif dalam memilih pemain asing. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak pemain asing yang kualitasnya di bawah pemain lokal dan mereka sering menjadi biang keributan dalam pertandingan. Dengan begitu para pemain muda bisa belajar dari pemain yang sungguh-sungguh berkompeten.
Hal ini jauh lebih murah daripada “kebiasaan” PSSI yang mengirim timnas untuk berlatih di luar negeri. Hasilnya sudah terbukti gagal. Para pemain primavera yang dikirim ke Itali di periode 1990an dan para pemain U-23 yang dikirim ke Belanda untuk terbukti tidak mampu meningkatkan kualitas Timnas secara keseluruhan, hanya segelintir pemain yang benar-benar menjadi pemain berkualitas.

Kebijakan 3+2 tersebut secara tidak langsung akan membuat tim-tim di Indonesia akan mengembangkan pemain juniornya. Karena mereka pasti tidak mau menurunkan kuaitas timnya. Karena 2 pemain junior tersebut tidak boleh membeli dari klub lain melainkan harus dari tim yang bersangkutan maka mereka akan semakin memperhatikan pengembangan bibit-bibit muda, khususnya potensi-potensi lokal. Dalam hal ini PSSI bisa membantu, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk membantu perkembangan pemain lokal. Daripada dananya untuk mengirimkan Timans keluar negeri lebih baik dananya digunakan untuk membangun infrastruktur pelatihan di daerah-daerah.

Dalam long-run, para pemain muda tersebut akan menjadi pemain yang matang. Karena mereka sudah merasakan “asam garam” kompetisi liga Indonesia. Coba bayangkan seluruh klub peserta liga Indonesia dari semua divisi menggunakan kebijakan ini. Mungkin dalam 2-5 tahun kualitas kompetisi akan menurun, tetapi tahun-tahun setelahnya Timnas Indonesia tidak akan kesulitan mencari pemain dan pemain yang tersedia juga cukup berkualitas karena mereka sudah berpengalaman di kompetisi. Yang jelas, untuk meningkatkan kualitas dunia persepakbolaan Indonesia langkah-langkah instan saja tidaklah cukup. Kita harus mengubah paradigma dengan memperhatikan pembangunan secara bertahap. Janganlah kita menjadi bangsa yang instan....Maju terus sepakbola Indonesia!!!!

Tidak ada komentar: