Mogok dan Ke(tidak)pedulian
Pada Sabtu sore ini mobil pick-up saya mogok karena kehabisan bensin di sekitar wilayah Pamulang. Untung saja mobil tersebut mogok tepat di depan SPBU. Maka saya dan supir saya pun mencoba untuk mendorongnya. Hanya saja karena mobil pick-up itu dipenuhi oleh tabung gas maka tenaga kami berdua tidaklah cukup. Mobil tetap tidak bergeming. Sekitar 20 meter dari tempat saya, terdapat lima anak Punk yang sedang memperhatikan saya. Sayangnya mereka hanya diam saja. Hingga salah satu petugas SPBU ikut membantu kami untuk mendorong. Dengan bantuan petugas tersebut maka mobil ini bisa didorong hingga sampai di tempat pengisisan bensin.
Setelah saya mengisi bensin, maka mobil pun sudah bisa menyala kembali. Lalu mobil segera meluncur keluar dari SPBU. Tepat di depan pintu keluar SPBU anak-anak Punk yang tadi memperhatikan kami menyetop mobil untuk meminta tumpangan. Maka mobil pun berhenti.
“Bang!!!Numpang ya Bang!!!”, celetuk salah satu anak Punk.
”Lo emang pada mau kemana?”, saya pun bertanya kepada mereka.
“Kemana aja Bang. Yang penting ikut....”, yang lainnya ikut menjawab
“Yah elu..tadi mobil gw mogok lo pada kagak mau bantuin dorong. Sekarang mobil udah jalan lo pada mau ikut nebeng. Gimana sih?”, saya pun bertanya sambil memendam perasaan agak sebal.
“Hehehehe....”, mereka hanya tertawa. Tetapi mereka tetap naik ke bak mobil. Saya pun tidak terlau keberatan dengan memberi mereka tumpangan. Karena saya juga sering menumpang mobil bak sewaktu kecil.
Di tengah jalan mereka bernyanyi bersama-sama. Kebetulan beberapa dari mereka membawa alat musik seperti gitar dan gendang. Mungkin untuk mengusir jenuh karena jalan cukup macet di ujung Pondok Cabe. Seperti biasa, lagu-lagu yang mereka nyanyikan bertema tentang ketidakadilan sosial, menghujat kaum elite serta harapan-harapan mereka akan kondisi yang lebih baik (untuk mereka). Mungkin dengan menyanyikan lagu seperti itu mereka merasa menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Pada saat mendengar lagu-lagu yang mereka mainkan saya pun tersenyum sinis. Mereka merasa muak dan skeptis dengan kondisi sekarang. Seakan mereka menyuarakan ketidakadilan bagi kaum tertindas. Tetapi apa yang bisa mereka lakukan, kalau hanya untuk membantu mobil yang mogok saja mereka tidak mau? Bagaimana mereka bisa mengubah dunia menjadi lebih baik? Bagi saya, lagu-lagu yang mereka nyanyikan hanyalah kata-kata yang keluar dari mulut semata. Tidak mempunyai makna. Karena kata-kata mereka tidaklah diamalkan. Tidak ada bedanya dengan para politikus yang mengumbar janji-janji palsu, yang mereka hujat habis-habisan dala lirik lagu mereka karena politikus-politikus tersebut mereka anggap tidak peduli terhadap rakyat. Mereka toh juga tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Lalu buat apa mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut? Seharusnya mereka malu.
Setelah mendekati Fatmawati, mobil pun berbelok memasuki Taman Cilandak. Di situ mereka meminta turun.
“Makasih ya Bang!!”, salah satu anak mengucapkan sambil mendekati saya
“Sip..sip....”, saya pun hanya mengangguk-anggukan kepala.
Sebelum mereka pergi saya memanggil salah satu dari mereka, “Oi....oi....sini bentar dah....lain kali kalo ada orang yang mbilnya mogok....bantuin ya....hehehe”. Seketika anak tersebut agak terkejut. Mungkin ia tidak menyangka saya akan berkata seperti itu. ”I....iya..iya...iya....bang.....”, begitu jawabnya. Sementara temannya yang lain berkata, “Makasih banyak bang!!!”, tepat pada saat mobil mulai melaju. Sayapun hanya mengacungkan jempol sebagai tanda balasan.
-Semoga saja masih ada orang yang rela untuk tidak selalu memikirkan dirinya sendiri.-
Senin, 20 Juli 2009
Kamis, 18 Juni 2009
Kenapa Orang Indonesia Senang Membuang Sampah Sembarangan
Kenapa Orang Indonesia Senang Membuang Sampah Sembarangan?
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa orang Indonesia sangat susah untuk membuang sampah pada tempatnya. Kebiasaan ini bahkan hampir menjadi budaya yang melekat erat pada kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hampir tidak adanya tempat umum (public place) yang benar-benar terawat dan bersih. Kalaupun ada yang bersih hal itu biasanya dikarenakan banyaknya petugas kebersihan yang bertugas di tempat tesebut. Hal ini sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau biasa kta sebut “bule”. Mereka amat peduli dengan kebersihan, bahkan mereka merasa malu apabila membuang sampah di sembarang tempat. Untuk menganalisa perbedaan dalam hal ini, maka coba kita lihat dari segi bahasa.
Di Indonesia sering kita lihat tulisan “buanglah sampah pada tempatnya” untuk menganjurkan agar masyarakat membuang sampah di tempatnya, yaitu tempat sampah. Tetapi sepertinya anjuran tersebut tidaklah berhasil, atau kurang sakti. Mengapa begitu?
Membuang berasal dari kata “buang” yang diberi imbuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata buang sendiri mempunyai beberapa arti seperti lempar, lepaskan dan keluarkan. Sedangkan kata membuang juga mempunyai beberapa arti, antara lain:
Melepaskan sesuatu (yang tidak berguna lagi) dengan sengaja dari tangan, melemparkan, mencampakkan
Melemparkan sesuatu karena tidak berguna lagi
Menghilangkan, menghapuskan
Menyia-nyiakan sesuatu
Menghukum dengan jalan mengasingkan ke tempat jauh atau terpencil (biasanya untuk para pelaku kejahatan politik)
Apabila kita melihat berbagai pengertian dari kata membuang, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa membuang berarti melepaskan sesuatu yang tidak berguna (dalam kasus ini iala sampah) lagi. Hanya saja tujuan “pembuangan” tersebut tidak dijelaskan. Oleh karena itulah pemerintah memberi tambahan “pada tempatnya” agar masyarakat melepaskan sesuatu yang tidak berguna lagi pada tempat yang telah disediakan (dalam kasus ini tempat sampah).
Tetapi mengapa masyarakat masih saja susah untuk membuang sampah pada tempatnya? Hal itu dikarenakan telah bergesernya definisi kata “buang” itu sendiri. Kata “buang” menjadi berarti melepaskan sesuatu dengan asal. Hal itu dapat dilihat dari berbagai contoh berikut ini
Oleh komentator sepakbola Indonesia,”Langsung dibuang saja bola itu menjauh dari sergapan striker lawan Bung!!!”
Oleh orang yang sedang sebal atau sedang kasmaran ,”Aku selalu membuang muka bila berpapasan dengannya.”
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa buang berarti melepaskan sesuatu dengan asal, yang penting menjauh dari objek yang berhubungan.
Hal tersebut sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau “Bule”. Di luar negeri, anjuran untuk membuang sampah berbunyi “Put the trash.......”. Padahal arti kata “put” itu sendiri berarti meletakkan, menempatkan (menurut kamus lengkap bahasa indonesia inggris). Meletakkan mempunyai arti yang hampir mirip dengan menaruh. Sedangkan menaruh itu sendiri mempunyai arti (menurut KBBI) :
Meletakkan, menempatkan
Mencantumkan atau menentukan
Memasang taruhan
Menitipkan
Mempunyai
Mengandung perasaan
Untuk kata “meletakkan” dan “menaruh”, masyarakat Indonesia mempunyai persepsi bahwa kata tersebut biasanya dipakai untuk menaruh suatu benda dengan teratur atau ada tujuannya, sehingga tempat untuk menaruh benda tersebut sudah jelas. Bahkan dalam sepakbola, “placing” biasa mempunyai arti dengan menaruh bola dengan tujuan yang jelas atau teratur. Arti ini sungguh berbeda dengan “buang” yang mempunyai arti “throw away”. Throw sendiri dalam “English Dictionary and Thesaurus” mempunyai arti put abruptly,carelessly. Hal yang kurang lebih berarti menaruh sesuatu dengan kurang berhati-hati. Dapatkah Anda lihat perbedaan antara “Buanglah sampah pada tempatnya” dengan “Put the trash.......” dengan menggunakan persepsi masyarakat Indonesia sekarang ini?
Hal itulah yang menjadi salah kaprah (suatu hal yang biasa terjadi) dalam penggunaan bahasa Indonesia. Sehingga banyak masyarakat Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Mungkin ada baiknya apabila anjuran “Buanglah sampah pada tempatnya” diganti dengan “Letakkanlah sampah pada tempatnya”. Mungkin hal itu akan menyebabkan masyarakat tersadar, bahwa sampah haruslah diletakkan di tempat yang benar dan sampah itu bukanlah tidak berguna. Karena dengan banyakanya program daur ulang, samaph bisa dioah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu budayakanlah buang atau letakkan (terserah tersepsi Anda) sampah pada tempatnya. Semoga Indonesia menjadi lebih baik lagi!!!!
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa orang Indonesia sangat susah untuk membuang sampah pada tempatnya. Kebiasaan ini bahkan hampir menjadi budaya yang melekat erat pada kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hampir tidak adanya tempat umum (public place) yang benar-benar terawat dan bersih. Kalaupun ada yang bersih hal itu biasanya dikarenakan banyaknya petugas kebersihan yang bertugas di tempat tesebut. Hal ini sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau biasa kta sebut “bule”. Mereka amat peduli dengan kebersihan, bahkan mereka merasa malu apabila membuang sampah di sembarang tempat. Untuk menganalisa perbedaan dalam hal ini, maka coba kita lihat dari segi bahasa.
Di Indonesia sering kita lihat tulisan “buanglah sampah pada tempatnya” untuk menganjurkan agar masyarakat membuang sampah di tempatnya, yaitu tempat sampah. Tetapi sepertinya anjuran tersebut tidaklah berhasil, atau kurang sakti. Mengapa begitu?
Membuang berasal dari kata “buang” yang diberi imbuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata buang sendiri mempunyai beberapa arti seperti lempar, lepaskan dan keluarkan. Sedangkan kata membuang juga mempunyai beberapa arti, antara lain:
Melepaskan sesuatu (yang tidak berguna lagi) dengan sengaja dari tangan, melemparkan, mencampakkan
Melemparkan sesuatu karena tidak berguna lagi
Menghilangkan, menghapuskan
Menyia-nyiakan sesuatu
Menghukum dengan jalan mengasingkan ke tempat jauh atau terpencil (biasanya untuk para pelaku kejahatan politik)
Apabila kita melihat berbagai pengertian dari kata membuang, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa membuang berarti melepaskan sesuatu yang tidak berguna (dalam kasus ini iala sampah) lagi. Hanya saja tujuan “pembuangan” tersebut tidak dijelaskan. Oleh karena itulah pemerintah memberi tambahan “pada tempatnya” agar masyarakat melepaskan sesuatu yang tidak berguna lagi pada tempat yang telah disediakan (dalam kasus ini tempat sampah).
Tetapi mengapa masyarakat masih saja susah untuk membuang sampah pada tempatnya? Hal itu dikarenakan telah bergesernya definisi kata “buang” itu sendiri. Kata “buang” menjadi berarti melepaskan sesuatu dengan asal. Hal itu dapat dilihat dari berbagai contoh berikut ini
Oleh komentator sepakbola Indonesia,”Langsung dibuang saja bola itu menjauh dari sergapan striker lawan Bung!!!”
Oleh orang yang sedang sebal atau sedang kasmaran ,”Aku selalu membuang muka bila berpapasan dengannya.”
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa buang berarti melepaskan sesuatu dengan asal, yang penting menjauh dari objek yang berhubungan.
Hal tersebut sangatlah berbeda dengan masyarakat Barat atau “Bule”. Di luar negeri, anjuran untuk membuang sampah berbunyi “Put the trash.......”. Padahal arti kata “put” itu sendiri berarti meletakkan, menempatkan (menurut kamus lengkap bahasa indonesia inggris). Meletakkan mempunyai arti yang hampir mirip dengan menaruh. Sedangkan menaruh itu sendiri mempunyai arti (menurut KBBI) :
Meletakkan, menempatkan
Mencantumkan atau menentukan
Memasang taruhan
Menitipkan
Mempunyai
Mengandung perasaan
Untuk kata “meletakkan” dan “menaruh”, masyarakat Indonesia mempunyai persepsi bahwa kata tersebut biasanya dipakai untuk menaruh suatu benda dengan teratur atau ada tujuannya, sehingga tempat untuk menaruh benda tersebut sudah jelas. Bahkan dalam sepakbola, “placing” biasa mempunyai arti dengan menaruh bola dengan tujuan yang jelas atau teratur. Arti ini sungguh berbeda dengan “buang” yang mempunyai arti “throw away”. Throw sendiri dalam “English Dictionary and Thesaurus” mempunyai arti put abruptly,carelessly. Hal yang kurang lebih berarti menaruh sesuatu dengan kurang berhati-hati. Dapatkah Anda lihat perbedaan antara “Buanglah sampah pada tempatnya” dengan “Put the trash.......” dengan menggunakan persepsi masyarakat Indonesia sekarang ini?
Hal itulah yang menjadi salah kaprah (suatu hal yang biasa terjadi) dalam penggunaan bahasa Indonesia. Sehingga banyak masyarakat Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Mungkin ada baiknya apabila anjuran “Buanglah sampah pada tempatnya” diganti dengan “Letakkanlah sampah pada tempatnya”. Mungkin hal itu akan menyebabkan masyarakat tersadar, bahwa sampah haruslah diletakkan di tempat yang benar dan sampah itu bukanlah tidak berguna. Karena dengan banyakanya program daur ulang, samaph bisa dioah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu budayakanlah buang atau letakkan (terserah tersepsi Anda) sampah pada tempatnya. Semoga Indonesia menjadi lebih baik lagi!!!!
Jumat, 12 Juni 2009
3+2 > 6+5 (Tiga Plus Dua Lebih Baik dari Enam Plus Lima)
Sebagai seorang pecandu bola, salah satu hal yang meresahkan saya ialah tentang kualitas Tim Nasional (Timnas) itu sendiri. Bobrok!!! Mungkin kata itu terdengar kasar, tetapi coba perhatikan...kompetisi yang sarat permasalahan, prestasi Timnas yang kering kerontang bahkan di kawasan Asia Tenggara hingga struktur organisasi tertinggi yang seperti sirkus. Tetapi hanya kritik tidak akan memecahkan permasalahan. Untuk itulah saya akan mencoba memberikan solusi yang menurut saya mampu untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan ialah dengan meningkatkan mutu kompetisi itu sendiri. Karena dengan kompetisi yang bagus dan kompetitif maka dengan sendirinya para pemain Indonesia akan semakin terasah kemampuannya. Selain itu Timnas merupakan muara dari kompetisi itu sendiri. Salah satu hal yang pantas mendapatkan perhatian berlebih ialah para pemain muda karena mereka yang akan menentukan kemana timnas kita ini. Untuk meningkatkan kualitas para pemain muda ini, PSSI harus mengeluarkan kebijakan yang memproteksi para pemain muda tersebut.
Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh PSSI ialah bahwa setiap tim boleh memiliki lima pemain asing dan kelima pemain itu boleh dimainkan secara sekaligus dalam satu pertandingan (6+5). Menurut saya hal itu akan menghambat adanya proses regenerasi. Dengan adanya lima pemain asing itu maka kesempatan para pemain lokal hanya menjadi enam orang. Mungkin secara kualitas dan short-run hal tersebut bisa meningkatkan mutu kompetisi. Tetapi bagaimana dengan kesempatan para pemain lokal? Khususnya para pemain muda, sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan bermain. Oleh karena itu, perkembangan kualitas para pemain muda sangatlah memprihatinkan.
Untuk menyiasati hal tersebut, maka PSSI harus merubah peraturan tersebut dari 6+5 menjadi 3+2. Yang dimaksud dengan 3+2 di sini ialah bahwa setiap tim masih boleh memiliki 5 pemain asing, hanya saja yang boleh dimainkan dalam satu pertandingan maksimum ialah hanya 3 pemain. Sedangkan 2 tempat sisanya diberikan kepada pemain lokal Under-23. Dengan begitu maka dalam satu tim terdiri dari 6 pemain lokal senior, 3 pemain asing dan 2 pemain U-23 yang berasal dari tim tersebut (kalau di Eropa dikenal dengan nama homegrown player). Dengan begitu para pemain muda akan semakin mendapatkan kesempatan dan mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka secara kontinuitas.
Dengan hanya boleh memainkan 3 pemain asing, maka klub akan semakin lebih selektif dalam memilih pemain asing. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak pemain asing yang kualitasnya di bawah pemain lokal dan mereka sering menjadi biang keributan dalam pertandingan. Dengan begitu para pemain muda bisa belajar dari pemain yang sungguh-sungguh berkompeten.
Hal ini jauh lebih murah daripada “kebiasaan” PSSI yang mengirim timnas untuk berlatih di luar negeri. Hasilnya sudah terbukti gagal. Para pemain primavera yang dikirim ke Itali di periode 1990an dan para pemain U-23 yang dikirim ke Belanda untuk terbukti tidak mampu meningkatkan kualitas Timnas secara keseluruhan, hanya segelintir pemain yang benar-benar menjadi pemain berkualitas.
Kebijakan 3+2 tersebut secara tidak langsung akan membuat tim-tim di Indonesia akan mengembangkan pemain juniornya. Karena mereka pasti tidak mau menurunkan kuaitas timnya. Karena 2 pemain junior tersebut tidak boleh membeli dari klub lain melainkan harus dari tim yang bersangkutan maka mereka akan semakin memperhatikan pengembangan bibit-bibit muda, khususnya potensi-potensi lokal. Dalam hal ini PSSI bisa membantu, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk membantu perkembangan pemain lokal. Daripada dananya untuk mengirimkan Timans keluar negeri lebih baik dananya digunakan untuk membangun infrastruktur pelatihan di daerah-daerah.
Dalam long-run, para pemain muda tersebut akan menjadi pemain yang matang. Karena mereka sudah merasakan “asam garam” kompetisi liga Indonesia. Coba bayangkan seluruh klub peserta liga Indonesia dari semua divisi menggunakan kebijakan ini. Mungkin dalam 2-5 tahun kualitas kompetisi akan menurun, tetapi tahun-tahun setelahnya Timnas Indonesia tidak akan kesulitan mencari pemain dan pemain yang tersedia juga cukup berkualitas karena mereka sudah berpengalaman di kompetisi. Yang jelas, untuk meningkatkan kualitas dunia persepakbolaan Indonesia langkah-langkah instan saja tidaklah cukup. Kita harus mengubah paradigma dengan memperhatikan pembangunan secara bertahap. Janganlah kita menjadi bangsa yang instan....Maju terus sepakbola Indonesia!!!!
Untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan ialah dengan meningkatkan mutu kompetisi itu sendiri. Karena dengan kompetisi yang bagus dan kompetitif maka dengan sendirinya para pemain Indonesia akan semakin terasah kemampuannya. Selain itu Timnas merupakan muara dari kompetisi itu sendiri. Salah satu hal yang pantas mendapatkan perhatian berlebih ialah para pemain muda karena mereka yang akan menentukan kemana timnas kita ini. Untuk meningkatkan kualitas para pemain muda ini, PSSI harus mengeluarkan kebijakan yang memproteksi para pemain muda tersebut.
Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh PSSI ialah bahwa setiap tim boleh memiliki lima pemain asing dan kelima pemain itu boleh dimainkan secara sekaligus dalam satu pertandingan (6+5). Menurut saya hal itu akan menghambat adanya proses regenerasi. Dengan adanya lima pemain asing itu maka kesempatan para pemain lokal hanya menjadi enam orang. Mungkin secara kualitas dan short-run hal tersebut bisa meningkatkan mutu kompetisi. Tetapi bagaimana dengan kesempatan para pemain lokal? Khususnya para pemain muda, sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan bermain. Oleh karena itu, perkembangan kualitas para pemain muda sangatlah memprihatinkan.
Untuk menyiasati hal tersebut, maka PSSI harus merubah peraturan tersebut dari 6+5 menjadi 3+2. Yang dimaksud dengan 3+2 di sini ialah bahwa setiap tim masih boleh memiliki 5 pemain asing, hanya saja yang boleh dimainkan dalam satu pertandingan maksimum ialah hanya 3 pemain. Sedangkan 2 tempat sisanya diberikan kepada pemain lokal Under-23. Dengan begitu maka dalam satu tim terdiri dari 6 pemain lokal senior, 3 pemain asing dan 2 pemain U-23 yang berasal dari tim tersebut (kalau di Eropa dikenal dengan nama homegrown player). Dengan begitu para pemain muda akan semakin mendapatkan kesempatan dan mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka secara kontinuitas.
Dengan hanya boleh memainkan 3 pemain asing, maka klub akan semakin lebih selektif dalam memilih pemain asing. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak pemain asing yang kualitasnya di bawah pemain lokal dan mereka sering menjadi biang keributan dalam pertandingan. Dengan begitu para pemain muda bisa belajar dari pemain yang sungguh-sungguh berkompeten.
Hal ini jauh lebih murah daripada “kebiasaan” PSSI yang mengirim timnas untuk berlatih di luar negeri. Hasilnya sudah terbukti gagal. Para pemain primavera yang dikirim ke Itali di periode 1990an dan para pemain U-23 yang dikirim ke Belanda untuk terbukti tidak mampu meningkatkan kualitas Timnas secara keseluruhan, hanya segelintir pemain yang benar-benar menjadi pemain berkualitas.
Kebijakan 3+2 tersebut secara tidak langsung akan membuat tim-tim di Indonesia akan mengembangkan pemain juniornya. Karena mereka pasti tidak mau menurunkan kuaitas timnya. Karena 2 pemain junior tersebut tidak boleh membeli dari klub lain melainkan harus dari tim yang bersangkutan maka mereka akan semakin memperhatikan pengembangan bibit-bibit muda, khususnya potensi-potensi lokal. Dalam hal ini PSSI bisa membantu, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk membantu perkembangan pemain lokal. Daripada dananya untuk mengirimkan Timans keluar negeri lebih baik dananya digunakan untuk membangun infrastruktur pelatihan di daerah-daerah.
Dalam long-run, para pemain muda tersebut akan menjadi pemain yang matang. Karena mereka sudah merasakan “asam garam” kompetisi liga Indonesia. Coba bayangkan seluruh klub peserta liga Indonesia dari semua divisi menggunakan kebijakan ini. Mungkin dalam 2-5 tahun kualitas kompetisi akan menurun, tetapi tahun-tahun setelahnya Timnas Indonesia tidak akan kesulitan mencari pemain dan pemain yang tersedia juga cukup berkualitas karena mereka sudah berpengalaman di kompetisi. Yang jelas, untuk meningkatkan kualitas dunia persepakbolaan Indonesia langkah-langkah instan saja tidaklah cukup. Kita harus mengubah paradigma dengan memperhatikan pembangunan secara bertahap. Janganlah kita menjadi bangsa yang instan....Maju terus sepakbola Indonesia!!!!
Politik Kepentingan Luar Angkasa Indonesia
Politik Kepentingan Luar Angkasa Indonesia
Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah Ekonomi Politik
Sejarah dan Perkembangan Satelit
Semenjak Sputnik yang notabene merupakan satelit buatan manusia pertama diterbangkan oleh Uni Soviet menuju antariksa pada 4 Oktober 1957, maka semenjak itu pula antariksa menjadi suatu daerah baru yang harus “ditaklukan” bagi negara-negara di Bumi, khususnya Uni Soviet dan Amerika Serikat. Karena kedua negara adidaya itu yang menjadi pelopor dalam perkembangan teknologi satelit. Semenjak itu pula, peran satelit semakin penting, sehingga banyak negara yang kemudian mengembangkan teknologi dan anggarannya untuk mengirimkan satelit ke luar angkasa.
Daftar Peluncuran Satelit Pertama dari Berbagai Negara
No Negara Tahun Peluncuran Roket Satelit
1 Uni Soviet 1957 Sputnik-PS Sputnik 1
2 Amerika Serikat 1958 Juno 1 Explorer 1
3 Perancis 1965 Diamant Astérix
4 Jepang 1970 Lambda-4S Ōsumi
5 RRC 1970 Long March 1 Dong Fang Hong I
6 Inggris 1971 Black Arrow Prospero X-3
7 India 1980 SLV
Rohini
8 Israel 1988 Shavit
Ofeq 1
9 Rusia 1992 Soyuz-U
Templat:Kosmos
10 Ukraina 1992 Tsyklon-3
Strela
11 Iran 2009 Safir-2
Omid 1
Sumber :http:// www.wikipedia/satelit.com
Tak mau tertinggal dengan negara-negara lainnya, Indonesia juga mengembangkan satelit untuk dikirim ke luar angkasa, walaupun untuk pengirimannya masih harus “menumpang” pesawat antariksa negara lain. Di Indonesia sendiri satelit yang pertama kali diluncurkan ialah Palapa A1 pada 8 Juli 1976 yang bertujuan untuk memperlancar komunikasi di seluruh Nusantara.
Setelah Palapa A1 berhasil diluncurkan, Indonesia pun mengirimkan satelit-satelit lainnya ke antariksa, hingga Palapa C2 pada 15 Mei 1996. Hingga pada 2006 Indonesia berhasil menerbangkan satelit pertama buatan Indonesia, yaitu INASAT 1. Tak ketinggalan Indonesia juga mengembangkan satelit yang bernama LAPAN-TUBSAT yang proses pengerjaannya dikerjakan secara kerjasama dengan Universitas Teknik Berlin pada 2007. Hingga kini, Indonesia masih terus megembangkan teknologinya agar mampu mengirimkan satelit yang kualitasnya lebih baik lagi. Padahal biaya untuk mengembangkan satelit sangatlah mahal, selain itu masih banyak bidang lain yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Perlukah pemerintah Indonesia mengembangkan dunia persatelitannya?
Fungsi dan Kegunaan Satelit bagi Perekonomian dan Politik Indonesia
Dengan semakin berkembangnya teknologi yang dgunakan oleh satelit, maka semakin berkembang pula fungsi dan kegunaan dari satelit itu sendiri. Bila pada awalnya satelit digunakan untuk telekomunikasi dan hanya sebagai pemancar gelombang, kini satelit dapat berfungsi untuk mengamati citra atau objek yang terdapat di Bumi, bahkan dapat digunakan untuk mengawasi para pelaku kejahatan seperti di Amerika Serikat. Selain itu satelit juga dapat digunakan untuk mengamati objek yang terdapat di angkasa luar sana, sehingga satelit dapat berfungsi sebagai observatorium angkasa seperti Teleskop Hubble milik Amerika Serikat.
Dari segi Hankam (Pertahanan dan Keamanan), satelit akan sangat berguna. Khususnya untuk fungsi sebagai pengamat citra di Bumi, karena Indonesia mempunyai luas daerah yang sangat luas dimana sebagian besar dikelilingi oleh lautan. Untuk menjaga daerah teritorial Indonesia, khususnya di daerah perbatasan kehadiran satelit akan sangat berguna sebagai pengawas perbatasan. Selain untuk mengawasi perbatasan, satelit dapat juga digunakan untuk mengawasi sumber daya alam Indonesia yang berpotensi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti hutan, pertambangan, perikanan dan hasil-hasil alam lainnya. Sehingga kekayaan alam Indonesia dapat lebih terjaga dan aman dari para pencuri kekayaan negara yang bisa merugikan devisa negara.
Dari segi telekomunikasi satelit akan mampu untuk menghubungkan antar pelosok daerah di Indonesia. Baik untuk gelombang radio, gelombang televisi hingga gelombang telepon genggam atau telepon satelit. Dengan lancarnya komunikasi hingga ke seluruh pelosok Indonesia maka dapat dipastikan berkurangnya asymmetric information, sehingga kegiatan perekonomian akan meningkat di berbagai sektor. Yang pada akhirnya GDP negara akan mengalami peningkatan.
Fungsi yang terakhir merupakan prestige. Dengan berhasilnya Indonesia mengirimkan satelit yang canggih ke antariksa, hal tersebut akan menegaskan kepada dunia bahwa teknologi di Indonesia sudah berkembang. Sehingga Indonesia akan mempunyai tempat di antara negara-negara yang sudah lebih dulu berhasil mengirimkan satelit. Hubungan politik luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain akan semakin kuat.
Kendala-kendala yang Dimiliki Indonesia
Bagan 1. Kendala-kendala Indonesia
Apabila kita menganalisa lebih lanjut, sebenarnya pokok ketiga permasalahan tersebut diakibatkan karena kurang pedulinya pemerintah dengan perkembangan satelit di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan masalah-masalah lainnya timbul.
Untuk membuat satelit yang well-qualified, salah satu faktor yang menentukan ialah teknologi yang memadai atau canggih, seperti komputerisasi di segala bidang pengerjaan. Dengan mengacu kepada NASA (National Aeronautics and Space Administration), maka teknologi yang dimiliki Indonesia ini sangatlah tertinggal jauh.
Persoalan lain ialah tentang kualitas sumber daya manusia. Manusia menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam proses pembuatan satelit, karena manusia sebagai subyek pengerjaan. Teknologi secanggih apapun apabila tidak didukung dengan kualitas SDM yang memadai akan percuma.
Masalah lainnya sebenarnya merupakan masalah klasik bagi setiap pengerjaan proyek di negara ini, yaitu masalah dana. Perlu diketahui, untuk membuat satelit biayannya sangatlah besar, Anggarannya bisa mencapai ratusan juta US$ . Hal ini diperparah dengan belum dijadikannya proyek satelit sebagai proritas di dalam politik negara ini. Untuk contoh kasusnya saja, LAPAN mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana sebesar Rp 300 miliar untuk proyek satelit mikro . Bandingkan dengan negara-negara maju lainnya yang memberikan anggran sangat besar untuk pengembangan satelit. Rusia untuk mengembangkan satelitnya yang bernama Glonnas saja menganggarkan US$ 300 million.
Saran-saran untuk Mengatasi Hambatan dan Manfaat yang diterima Indonesia
Meskipun masalah yang dihadapi Indonesia terbilang “pelik” dalam mengembangkan dunia satelit di Indonesia, tetapi ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menyiasati dan mengatasi masalah-masalah tersebut. Selain itu, saran-saran tersebut juga akan memberikan manfaat ekstra ayng bisa dinikmati oleh Indonesia nantinya.
Saran-saran
1. Mengubah Kebijakan Pemerintah
Hal yang pertama perlu dilakukan ialah membuat pengembangan satelit menjadi salah satu aspek pembangunan yang diprioritaskan oleh pemerintah. Dengan adanya jaminan dari pemerintah, maka setidaknya masalah-masalah yang menyangkut birokrasi bisa diminimalisasi. Selain itu jaminan dari pemerintah juga bisa mendorong pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia.
2. Mendirikan Pusat Pengembangan Satelit Internasional
Untuk mengatasi masalah keterbelakangan teknologi, hal itu bisa diatasi dengan “alih teknologi”. Alih teknologi bisa dilakukan dengan membuat pusat atau pangkalan pembuatan dan pengembangan satelit Internasional di Indonesia yang dananya didapat dari pemerintah Indonesia dan investasi dari pihak asing. Dengan letak Indonesia yang melewati garis kathulistiwa, seharusnya hal itu menjadi nilai lebih yang menarik pihak asing untuk berinvestasi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa meluncurkan pesawat angkasa luar lebih baik dilakukan di khatulistiwa . Pada awal 2000 sempat ada niat dari Rusia dan Amerika Serikat untuk menjadikan Pulau Biak di Propinsi Papua sebagai lokasi peluncuran satelit . Hanya saja terhambat karena sikap birokrasi Indonesia. Selain itu dengan dekatnya tempat pembuatan dan peluncuran pesawat angkasa luar, maka hal tersebut bisa meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.
Indonesia juga mendapatkan manfaat dari segi ekonomi pembangunan, langkah tersebut juga bisa membantu pembangunan infrastruktur di daerah yang bersangkutan, sehingga bisa mengembangkan suatu kota baru. Kota tersebut bisa berkembang akibat adanya pusat pengembangan satelit internasional yang juga akan turut memicu pembangunan infrastruktur di daerah tersebut dan dapat memicu meningkatnya kegiatan perekonomian daerah tersebut. Dalam pembuatan pusat pengembangan satelit internasional tersebut juga akan banyak menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja daerah setempat. Baik tenaga kasar seperti buruh, mandor, keamanan hingga tenaga kerja trampil seperti arsitek, ahli Geologi hingga dokter. Sehingga bisa menyentuh sektor riil daerah setempat dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Hal tersebut juga bisa digunakan untuk mengatasi problem rendahnya kualitas SDM Indonesia. Di pusat pembuatan satelit tersebut bisa dijadikan sebagai tempat pelatihan dan pendidikan bagi para teknisi-teknisi Indonesia. Para pengajarnya merupakan para teknisi asing yang didatangkan dengan tujuan alih teknologi. Dengan fungsinya sebagai meeting point maka diharapkan kualitas SDM Indonesia akan meningkat, termasuk dari segi attitude. Karena para teknisi lokal akan banyak berinteraksi dengan teknisi luar, sehingga diharapkan mereka dapat meniru budaya positif Barat yang menjadi budaya buruk bangsa kita, seperti tepat waktu, disiplin, tingginya etos kerja, profesionalitas dan integritas.
3. Mengembangkan Satelit Bersama dengan Negara Lainnya
Sedangkan untuk masalah dana, hal itu bisa diatasi dengan mengajak negara yang ber-GDP tinggi tetapi tidak mempunyai akses dan teknologi untuk mengembangkan satelit, atau negara yang belum memprioritaskan satelit sebagai pembangunan negerinya. Alternatif lain ialah Indonesia mengajak negara-negara pendonor Indonesia seperti Belanda, Jerman atau bahkan Luksemburg untuk menanamkan modalnya di pusat satelit internasional yang dikelola dan berlokasi di Indonesia.
Apabila Indonesia ingin mengembangkan hubungan regional agar lebih baik, maka Indonesia dapat mengajak negara-negara ASEAN untuk berinvestasi di pusat satelit tersebut. Didukung dengan berada di wilayah yang sama, maka seharusnya hal tersebut dapat menjadi semacam nilai lebih dalam mengajak ASEAN untuk ikut bergabung dalam proyek ini. Sehingga dalam proses pengerjaannya nanti, dana untuk pembuatan satelit ditutupi secara “patungan” atau bersama-sama oleh Indonesia dengan negara partner. Hal yang harus diperhatikan disini ialah kepentingan kedua negara dalam penggunaan satelit tersebut harus sama-sama terpenuhi.
Manfaat-manfaat yang akan didapat Indonesia
Dengan mengubah kebijakan pemerintah, maka sektor pengembangan satelit akan semakin mendapatkan “porsi lebih” di negara ini, sehingga akan ada banyak perhatian, baik berupa fasilitas maupun dana yang diberikan pemerintah. Begitu pula dengan mendirikan semacam pangkalan satelit internasional dan berinvestasi dengan negara lainnya dalam proyek satelit yang dikembangankan oleh Indonesia, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat yang didapatkan oleh Indonesia. Selain lancarnya proses alih teknologi, meningkatnya kualitas SDM Indonesia, berkembangnya infrastruktur daerah, meningkatnya pendapatan masyarakat, selesainya masalah dana, hingga dapat mempererat hubungan internasional antara Indonesia dengan negara-negara lainnya. Hal tersebut akan sangat berguna, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa adanya bantuan dari negara lainnya.
Kesimpulan
Di Indonesia sendiri pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas, ditambah dengan adanya berbagai faktor yang menghambat pengembangan satelit di Indonesia seperti teknologi, kualitas sumber daya manusia hingga dana, hal tersebut menyebabkan pengembangan satelit di Indonesia seakan “berjalan di tempat”.
Meskipun demikian, Indonesia dirasa perlu untuk mengembangkan dunia persatelitannya. Hal itu dikarenakan berbagai berbagai hal. Seperti kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan fungsi-fungsi satelit yang sangat berguna bagi Hankam dan komunikasi di Indonesia serta makin menegaskan posisi Indonesia di mata dunia akibat mengembangkan satelit.
Untuk mengatasi masalah agar pengembangan satelit dapat berjalan dengan lancar maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu adanya perhatian “ekstra” dari pemerintah, membuat pusat pengembangan satelit internasional dan mengembangkan satelit bersama negara lain. Dengan begitu masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan, bahkan Indonesia akan menikmati beberapa keuntungan dari dijalankannya kebijakan tersebut seperti lancarnya pembangunan infrastruktur dan makin kuatnya hubungan serta politik luar negeri Indonesia yang dapat memberikan dampak positif bagi Indoensia ke depannya.
Untuk itulah, walaupun pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas di Indonesia, tetapi Indonesia akan mendapatkan dampak yang positif dari pengembangan dunia persatelitan di Indonesia. Untuk itulah pemerintah harus membantu dan mengembangkan dunia persatelitan Indonesia.
Daftar Pustaka
Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah Ekonomi Politik
Sejarah dan Perkembangan Satelit
Semenjak Sputnik yang notabene merupakan satelit buatan manusia pertama diterbangkan oleh Uni Soviet menuju antariksa pada 4 Oktober 1957, maka semenjak itu pula antariksa menjadi suatu daerah baru yang harus “ditaklukan” bagi negara-negara di Bumi, khususnya Uni Soviet dan Amerika Serikat. Karena kedua negara adidaya itu yang menjadi pelopor dalam perkembangan teknologi satelit. Semenjak itu pula, peran satelit semakin penting, sehingga banyak negara yang kemudian mengembangkan teknologi dan anggarannya untuk mengirimkan satelit ke luar angkasa.
Daftar Peluncuran Satelit Pertama dari Berbagai Negara
No Negara Tahun Peluncuran Roket Satelit
1 Uni Soviet 1957 Sputnik-PS Sputnik 1
2 Amerika Serikat 1958 Juno 1 Explorer 1
3 Perancis 1965 Diamant Astérix
4 Jepang 1970 Lambda-4S Ōsumi
5 RRC 1970 Long March 1 Dong Fang Hong I
6 Inggris 1971 Black Arrow Prospero X-3
7 India 1980 SLV
Rohini
8 Israel 1988 Shavit
Ofeq 1
9 Rusia 1992 Soyuz-U
Templat:Kosmos
10 Ukraina 1992 Tsyklon-3
Strela
11 Iran 2009 Safir-2
Omid 1
Sumber :http:// www.wikipedia/satelit.com
Tak mau tertinggal dengan negara-negara lainnya, Indonesia juga mengembangkan satelit untuk dikirim ke luar angkasa, walaupun untuk pengirimannya masih harus “menumpang” pesawat antariksa negara lain. Di Indonesia sendiri satelit yang pertama kali diluncurkan ialah Palapa A1 pada 8 Juli 1976 yang bertujuan untuk memperlancar komunikasi di seluruh Nusantara.
Setelah Palapa A1 berhasil diluncurkan, Indonesia pun mengirimkan satelit-satelit lainnya ke antariksa, hingga Palapa C2 pada 15 Mei 1996. Hingga pada 2006 Indonesia berhasil menerbangkan satelit pertama buatan Indonesia, yaitu INASAT 1. Tak ketinggalan Indonesia juga mengembangkan satelit yang bernama LAPAN-TUBSAT yang proses pengerjaannya dikerjakan secara kerjasama dengan Universitas Teknik Berlin pada 2007. Hingga kini, Indonesia masih terus megembangkan teknologinya agar mampu mengirimkan satelit yang kualitasnya lebih baik lagi. Padahal biaya untuk mengembangkan satelit sangatlah mahal, selain itu masih banyak bidang lain yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Perlukah pemerintah Indonesia mengembangkan dunia persatelitannya?
Fungsi dan Kegunaan Satelit bagi Perekonomian dan Politik Indonesia
Dengan semakin berkembangnya teknologi yang dgunakan oleh satelit, maka semakin berkembang pula fungsi dan kegunaan dari satelit itu sendiri. Bila pada awalnya satelit digunakan untuk telekomunikasi dan hanya sebagai pemancar gelombang, kini satelit dapat berfungsi untuk mengamati citra atau objek yang terdapat di Bumi, bahkan dapat digunakan untuk mengawasi para pelaku kejahatan seperti di Amerika Serikat. Selain itu satelit juga dapat digunakan untuk mengamati objek yang terdapat di angkasa luar sana, sehingga satelit dapat berfungsi sebagai observatorium angkasa seperti Teleskop Hubble milik Amerika Serikat.
Dari segi Hankam (Pertahanan dan Keamanan), satelit akan sangat berguna. Khususnya untuk fungsi sebagai pengamat citra di Bumi, karena Indonesia mempunyai luas daerah yang sangat luas dimana sebagian besar dikelilingi oleh lautan. Untuk menjaga daerah teritorial Indonesia, khususnya di daerah perbatasan kehadiran satelit akan sangat berguna sebagai pengawas perbatasan. Selain untuk mengawasi perbatasan, satelit dapat juga digunakan untuk mengawasi sumber daya alam Indonesia yang berpotensi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti hutan, pertambangan, perikanan dan hasil-hasil alam lainnya. Sehingga kekayaan alam Indonesia dapat lebih terjaga dan aman dari para pencuri kekayaan negara yang bisa merugikan devisa negara.
Dari segi telekomunikasi satelit akan mampu untuk menghubungkan antar pelosok daerah di Indonesia. Baik untuk gelombang radio, gelombang televisi hingga gelombang telepon genggam atau telepon satelit. Dengan lancarnya komunikasi hingga ke seluruh pelosok Indonesia maka dapat dipastikan berkurangnya asymmetric information, sehingga kegiatan perekonomian akan meningkat di berbagai sektor. Yang pada akhirnya GDP negara akan mengalami peningkatan.
Fungsi yang terakhir merupakan prestige. Dengan berhasilnya Indonesia mengirimkan satelit yang canggih ke antariksa, hal tersebut akan menegaskan kepada dunia bahwa teknologi di Indonesia sudah berkembang. Sehingga Indonesia akan mempunyai tempat di antara negara-negara yang sudah lebih dulu berhasil mengirimkan satelit. Hubungan politik luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain akan semakin kuat.
Kendala-kendala yang Dimiliki Indonesia
Bagan 1. Kendala-kendala Indonesia
Apabila kita menganalisa lebih lanjut, sebenarnya pokok ketiga permasalahan tersebut diakibatkan karena kurang pedulinya pemerintah dengan perkembangan satelit di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan masalah-masalah lainnya timbul.
Untuk membuat satelit yang well-qualified, salah satu faktor yang menentukan ialah teknologi yang memadai atau canggih, seperti komputerisasi di segala bidang pengerjaan. Dengan mengacu kepada NASA (National Aeronautics and Space Administration), maka teknologi yang dimiliki Indonesia ini sangatlah tertinggal jauh.
Persoalan lain ialah tentang kualitas sumber daya manusia. Manusia menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam proses pembuatan satelit, karena manusia sebagai subyek pengerjaan. Teknologi secanggih apapun apabila tidak didukung dengan kualitas SDM yang memadai akan percuma.
Masalah lainnya sebenarnya merupakan masalah klasik bagi setiap pengerjaan proyek di negara ini, yaitu masalah dana. Perlu diketahui, untuk membuat satelit biayannya sangatlah besar, Anggarannya bisa mencapai ratusan juta US$ . Hal ini diperparah dengan belum dijadikannya proyek satelit sebagai proritas di dalam politik negara ini. Untuk contoh kasusnya saja, LAPAN mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana sebesar Rp 300 miliar untuk proyek satelit mikro . Bandingkan dengan negara-negara maju lainnya yang memberikan anggran sangat besar untuk pengembangan satelit. Rusia untuk mengembangkan satelitnya yang bernama Glonnas saja menganggarkan US$ 300 million.
Saran-saran untuk Mengatasi Hambatan dan Manfaat yang diterima Indonesia
Meskipun masalah yang dihadapi Indonesia terbilang “pelik” dalam mengembangkan dunia satelit di Indonesia, tetapi ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menyiasati dan mengatasi masalah-masalah tersebut. Selain itu, saran-saran tersebut juga akan memberikan manfaat ekstra ayng bisa dinikmati oleh Indonesia nantinya.
Saran-saran
1. Mengubah Kebijakan Pemerintah
Hal yang pertama perlu dilakukan ialah membuat pengembangan satelit menjadi salah satu aspek pembangunan yang diprioritaskan oleh pemerintah. Dengan adanya jaminan dari pemerintah, maka setidaknya masalah-masalah yang menyangkut birokrasi bisa diminimalisasi. Selain itu jaminan dari pemerintah juga bisa mendorong pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia.
2. Mendirikan Pusat Pengembangan Satelit Internasional
Untuk mengatasi masalah keterbelakangan teknologi, hal itu bisa diatasi dengan “alih teknologi”. Alih teknologi bisa dilakukan dengan membuat pusat atau pangkalan pembuatan dan pengembangan satelit Internasional di Indonesia yang dananya didapat dari pemerintah Indonesia dan investasi dari pihak asing. Dengan letak Indonesia yang melewati garis kathulistiwa, seharusnya hal itu menjadi nilai lebih yang menarik pihak asing untuk berinvestasi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa meluncurkan pesawat angkasa luar lebih baik dilakukan di khatulistiwa . Pada awal 2000 sempat ada niat dari Rusia dan Amerika Serikat untuk menjadikan Pulau Biak di Propinsi Papua sebagai lokasi peluncuran satelit . Hanya saja terhambat karena sikap birokrasi Indonesia. Selain itu dengan dekatnya tempat pembuatan dan peluncuran pesawat angkasa luar, maka hal tersebut bisa meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.
Indonesia juga mendapatkan manfaat dari segi ekonomi pembangunan, langkah tersebut juga bisa membantu pembangunan infrastruktur di daerah yang bersangkutan, sehingga bisa mengembangkan suatu kota baru. Kota tersebut bisa berkembang akibat adanya pusat pengembangan satelit internasional yang juga akan turut memicu pembangunan infrastruktur di daerah tersebut dan dapat memicu meningkatnya kegiatan perekonomian daerah tersebut. Dalam pembuatan pusat pengembangan satelit internasional tersebut juga akan banyak menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja daerah setempat. Baik tenaga kasar seperti buruh, mandor, keamanan hingga tenaga kerja trampil seperti arsitek, ahli Geologi hingga dokter. Sehingga bisa menyentuh sektor riil daerah setempat dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Hal tersebut juga bisa digunakan untuk mengatasi problem rendahnya kualitas SDM Indonesia. Di pusat pembuatan satelit tersebut bisa dijadikan sebagai tempat pelatihan dan pendidikan bagi para teknisi-teknisi Indonesia. Para pengajarnya merupakan para teknisi asing yang didatangkan dengan tujuan alih teknologi. Dengan fungsinya sebagai meeting point maka diharapkan kualitas SDM Indonesia akan meningkat, termasuk dari segi attitude. Karena para teknisi lokal akan banyak berinteraksi dengan teknisi luar, sehingga diharapkan mereka dapat meniru budaya positif Barat yang menjadi budaya buruk bangsa kita, seperti tepat waktu, disiplin, tingginya etos kerja, profesionalitas dan integritas.
3. Mengembangkan Satelit Bersama dengan Negara Lainnya
Sedangkan untuk masalah dana, hal itu bisa diatasi dengan mengajak negara yang ber-GDP tinggi tetapi tidak mempunyai akses dan teknologi untuk mengembangkan satelit, atau negara yang belum memprioritaskan satelit sebagai pembangunan negerinya. Alternatif lain ialah Indonesia mengajak negara-negara pendonor Indonesia seperti Belanda, Jerman atau bahkan Luksemburg untuk menanamkan modalnya di pusat satelit internasional yang dikelola dan berlokasi di Indonesia.
Apabila Indonesia ingin mengembangkan hubungan regional agar lebih baik, maka Indonesia dapat mengajak negara-negara ASEAN untuk berinvestasi di pusat satelit tersebut. Didukung dengan berada di wilayah yang sama, maka seharusnya hal tersebut dapat menjadi semacam nilai lebih dalam mengajak ASEAN untuk ikut bergabung dalam proyek ini. Sehingga dalam proses pengerjaannya nanti, dana untuk pembuatan satelit ditutupi secara “patungan” atau bersama-sama oleh Indonesia dengan negara partner. Hal yang harus diperhatikan disini ialah kepentingan kedua negara dalam penggunaan satelit tersebut harus sama-sama terpenuhi.
Manfaat-manfaat yang akan didapat Indonesia
Dengan mengubah kebijakan pemerintah, maka sektor pengembangan satelit akan semakin mendapatkan “porsi lebih” di negara ini, sehingga akan ada banyak perhatian, baik berupa fasilitas maupun dana yang diberikan pemerintah. Begitu pula dengan mendirikan semacam pangkalan satelit internasional dan berinvestasi dengan negara lainnya dalam proyek satelit yang dikembangankan oleh Indonesia, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat yang didapatkan oleh Indonesia. Selain lancarnya proses alih teknologi, meningkatnya kualitas SDM Indonesia, berkembangnya infrastruktur daerah, meningkatnya pendapatan masyarakat, selesainya masalah dana, hingga dapat mempererat hubungan internasional antara Indonesia dengan negara-negara lainnya. Hal tersebut akan sangat berguna, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa adanya bantuan dari negara lainnya.
Kesimpulan
Di Indonesia sendiri pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas, ditambah dengan adanya berbagai faktor yang menghambat pengembangan satelit di Indonesia seperti teknologi, kualitas sumber daya manusia hingga dana, hal tersebut menyebabkan pengembangan satelit di Indonesia seakan “berjalan di tempat”.
Meskipun demikian, Indonesia dirasa perlu untuk mengembangkan dunia persatelitannya. Hal itu dikarenakan berbagai berbagai hal. Seperti kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan fungsi-fungsi satelit yang sangat berguna bagi Hankam dan komunikasi di Indonesia serta makin menegaskan posisi Indonesia di mata dunia akibat mengembangkan satelit.
Untuk mengatasi masalah agar pengembangan satelit dapat berjalan dengan lancar maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu adanya perhatian “ekstra” dari pemerintah, membuat pusat pengembangan satelit internasional dan mengembangkan satelit bersama negara lain. Dengan begitu masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan, bahkan Indonesia akan menikmati beberapa keuntungan dari dijalankannya kebijakan tersebut seperti lancarnya pembangunan infrastruktur dan makin kuatnya hubungan serta politik luar negeri Indonesia yang dapat memberikan dampak positif bagi Indoensia ke depannya.
Untuk itulah, walaupun pengembangan satelit masih belum menjadi prioritas di Indonesia, tetapi Indonesia akan mendapatkan dampak yang positif dari pengembangan dunia persatelitan di Indonesia. Untuk itulah pemerintah harus membantu dan mengembangkan dunia persatelitan Indonesia.
Daftar Pustaka
Senin, 23 Maret 2009
Mungkinkah ASEAN Memakai Mata Uang Tunggal?
Mungkinkah ASEAN Memakai Mata Uang Tunggal?
Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Ekonomi Politik
Impian ASEAN
Semenjak didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 d Bangkok, ASEAN (Association of South East Asian Nation) diharapkan dapat menjadi suatu komunitas yang saling membantu antar negara-negara anggotanya, seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Salah satu kerjasama tersebut meliputi bidang ekonomi. Untuk bidang ekonomi sendiri, kerjasama di ASEAN sudah berhasil melahirkan AFTA (Asean Free Trade Area), yaitu merupakan kerjasama ekonomi di bidang regional yang berupa kawasan perdagangan bebas. AFTA sendiri sudah diberlakukan secara penuh semenjak 1 Januari 2002. Setelah AFTA, kini banyak pihak yang berpikir tentang kemungkinan diberlakukanny mata uang tungal untuk ASEAN, seperti Uni Eropa dengan Euro (€).
Dengan diberlakukannya mata uang tunggal ASEAN, maka diharapkan ASEAN dapat meningkatkan tingkat volume perdagangan dan kerjasama yang berakibat positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang memandang positif ide tersebut ialah Takatoshi Ito (mantan Deputi Wakil Menteri Keuangan Jepang) & Yoshihiro Iwasak (Direktur Jenderal sekaligus Kepala Unit Monitoring Ekonomi Regional Bank Pembangunan Asia). Mereka berpendapat bahwa dengan begitu maka akan terbentuk pasar kapital yang lebih kuat dan lebih stabil. Selain itu, mata uang tersebut akan terhindar dari para spekulan.
Dengan adanya mata uang yang stabil, membuat perekonomian para anggota ASEAN akan menjadi lebih mapan, yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, hal tersebut akan mempererat hubungan antar anggota, sehingga dapat meningkatkan volume perdaganan melalui ekspor & impor, karena tidak adanya bea masuk. Apabila ASEAN telah menetapakan mata uang tunggal, hal itu berarti ASEAN telah menetapakan sistem moneter tunggal. Yang merupakan kerjasama regional yang paling tinggi tingkatannya. Berarti ASEAN telah berhasil melaksanakan kerjasama-kerjasama lainnya dengan sukses seperti Free Trade Zone, bebas visa dan fiskal untuk perpindahan penduduk antar negara.
Realita dan Hambatan ASEAN
Hanya saja, ditengah pandangan optimis para orang tentang mata uang tunggal ASEAN, sepertinya hal tersebut agak susah diwujudkan, kalau tidak mau dibilang mustahil. Setidaknya untuk 30-50 tahun kedepan. Mengapa demikian? Karena apabila ASEAN ingin meniru Uni Eropa, maka ada berbagai perbedaan mendasar dan fundamental yang harus dihadapi ASEAN. Yang merupakan faktor-faktor penghambat terjadinya integrasi ASEAN menjadi ASEAN yang satu, terutama penggunaan mata uang tunggal di kawasan ASEAN.
Faktor historis sangat menentukan. Perlu diketahui, rencana Uni Eropa dengan mata uang tunggalnya dan satu sistem moneter telah dicetuskan sejak Perjanjian Roma pada tahun 1957. Sedangkan Uni Eropa sendiri baru menggunakan Euro semenjak tahun 1999 secara giral dan 2002 secara kartal. Atau kurang lebih 40 tahun setelah Perjanjian Roma ditandatangani.
Sedangkan ASEAN sendiri baru dibentuk pada tahun 1967. Memang dari segi nominal ASEAN hanya “tertinggal” 10 tahun. Tapi dari segi kemapanan ekonomi dan sektor-sektor lain, seperti infrastruktur. Berapa dekade ASEAN tertinggal? Hal itulah yang membuat ASEAN masih cukup lama untuk bersatu dalam segi moneter, khususnya penggunaan mata uang tunggal.
Tentu saja faktor politik dan pemerintahan juga sangat mempengaruhi. Saat Uni Eropa terbentuk, para anggotanya memiliki sistem politik yang berupa demokrasi politik. Sedangkan di ASEAN sendiri, anggota-anggotanya memiliki sistem yang berbeda-beda. Dapat kita kelompokan menjadi beberapa bagian seperti Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan sistemn Monarki. Indonesia dengan bentuk republik dan Myanmnar dengan bentuk Junta Militer. Perbedaaan ideologi bangsa itulah yang menyebabkan ASEAN mengalami kesulitan untuk bersatu di segala bidang. Sedangkan di Eropa sendiri, masing-masing negaranya menganut politik demokrasi. Sehingga hal tersebut tidaklah menjadi suatu penghambat. Seperti di Myanmar, gejolak politik yang terjadi sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Pada 2007, Myanmar mengalami inflasi sebesar 30 %. Sehingga stabilitas politik masing-masing negara anggota sangatlah penting.
Selain itu juga ada tentang masalah prinsip ASEAN. Apabila kita melihat Deklarasi Bangkok, maka salah satu hasilnya adalah “Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota” . Apabila ASEAN jadi memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal, maka itu secara tidak langsung ASEAN mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggotanya. Hal itu akan bertentangan dengan prinsip ASEAN yang disebutkan di atas.
Sedangkan dari segi ekonomi, salah satu hal yang paling mendasar ialah adanya inequality income distribution, hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
GDP per Kapita 12 Negara Uni Eropa pertama pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Jerman 26.123,92
2 Irlandia 25.848,79
3 Belanda 26.141,54
4 Prancis 24.859,40
5 Luxemburg 49.053,27
6 Austria 21.195,07
7 Finlandia 25.351
8 Belgia 24.794,00
9 Italia 21.129,55
10 Portugal 11.995,13
11 Spanyol 15.495,84
12 Yunani 12.610,95
sumber : www.econstat.com
GDP per Kapita Negara-Negara ASEAN pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Brunei Darussalam 14.524
2 Filipina 1018,88
3 Indonesia 745,79
4 Kamboja 281.18
5 Laos 285,6
6 Myanmar 172,74
7 Singapura 20.909,36
8 Thailand 1984,94
9 Vietnam 379,47
10 Malaysia 3537.53
sumber : www.econstat.com
Dari data di atas, kita bisa melihat perbedaannya. Negara-negara Uni Eropa mempunyai pendapatan yang relatif merata dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Selain itu dengan pendapatan yang relatif besar, maka hal tersebut mencerminkan perekonomian yang stabil. Hal itu sangatlah berbeda dengan ASEAN, dimana belum semua anggotanya memiliki perekonomian yang stabil.
Dengan perekonomian yang stabil, maka tidaklah susah bagi para negara Uni Eropa untuk mengembangkan kerjasama dengan negara lain. Hal itulah yang harus ditiru oleh ASEAN apabila ingin mengembangkan kerjasama yang lebih menyeluruh di segala bidang. Sehingga apabila saat ASEAN mengembangkan sistem mata uang tunggal, maka tidak ada negara yang menjadi “beban ekonomi” bagi negara ASEAN lainnya.
Hal lain yang juga mempercepat terjadinya penyatuan Eropa dalam segi moneter ialah karena negara-negara Eropa tersebut sudah mempunyai mata uang masing-masing yang cukup stabil dan telah lama berdiri. Seperti Jerman dengan Deutsche Mark, Italia dengan Lira, Prancis dengan Franc, Belanda dengan Gulden dll. Masing-masing mata uang tersebut mempunyai kisah yang cukup lama dan terbukti bernilai stabil selama beberapa tahun terakhir sebelum dikonversi kedalam bentuk Euro.
Hal itu sangat berbeda dengan ASEAN. Masih banyak negara di ASEAN yang sistem moneternya belum cukup mapan, sehingga apabila terjadi “gangguan” sedikit saja, maka akan berakibat fatal. Dengan berkaca kepada krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997. Bermula dari Thailand, krisi itu menyebar ke seluruh negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia. Walaupun pada saat itu para pejabat tinggi Indonesia menyatakan bahwa Indonesia akan bertahan dari krisi tersebut. Hasilnya? Bisa kita lihat sekarang. Dapatkah dibayangkan apabila masih ada negara yang sistem moneternya belum cukup mapan didalam ASEAN saat digunakannya mata uang tunggal? Mungkin hal tersebut akan berakibat jauh lebih buruk daripada krisis tahun 1997.
Sebagai perbandingan, di Uni Eropa saat inflasi sudah menyentu angka 3 koma sekian persen, maka hal itu sudah menjadi semacam peringatan. Sedangkan di ASEAN sendiri, tingkat inflasinyasangat bervariasi. Brunei mempunyai tingkat inflasi yang paling rendah, yaitu sebesar 0,496% (2006) sedangkan Myanmar tingkat inflasiny sebesar 30% (2007). Dapatkah dibayangkan dampakanya apabila kedua negara tersebut “dipaksa” untuk melebut dalam satu sistem moneter?_
Sedangkan dari segi demografi akan mengalami perubahan yang cukup signifikan apabila ASEAN jadi seperti Uni Eropa. Perlu diketahui apabila ASEAN sudah memakai sistem moneter tunggal dan mata uang tunggal, maka hal tersebut merupakan contoh kerjasama regional yang paling tinggi, sehingga kerjasama-kerjasama lainnya berarti sudah dilakasanakan sebelumnya. Seperti misalanya bebas visa dan bea masuk untuk migrasi penduduk dan Free Trade Zone (AFTA). Tentu saja para pekerja (labor force) akan mencari dan datang ke negara yang memiliki struktur perekonomian yang stabil dan kuat. Mungkin Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam akan menjadi tujuan utma para pencari kerja dari seluruh negara ASEAN. Karena ketiga negara tersebut memeiliki struktur ekonomi yang paling bagus dibandingkan negara-negara lainnya. Termasuk tingkat pengangguran yang rendah, Singapura 2,3% , Malaysia 3,2% dan Brunei sebesar 3,7%
Sedangkan Indonesia, dengan tingkat pengangguran sebesar 9,1% dan ditambah paradigma klasik yang meninggikan pekerjaan di luar negeri. Dapat dipastikan putra-putri terbaik bangsa akan meninggalkan Indonesia dan mencari kerja di luar negeri. Seperti dijelaskan di buku karangan Kruggman , adanya migrasi pekerja akan membuat labor supply di home country berkurang, yang menyebabkan wages di home country meningkat. Sedangkan karena adanya pertambahan labor supply di foreign country akan menyebabkan wages di foreign country turun. Dengan demikian para labor yang well-qualified akan memilih untuk bekerja di negara yang memilki struktur ekonomi yang mapan. Sehingga mereka bermigrasi.
Apabila terjadi demikian, maka akan terjadi penumpukan labor di negara-negara tersebut. Belum lagi migrasi labor melalui jalur ilegal atau yang disebut dengan trafficking yang dipastikan akan meningkat dengan pesat. Karena saat ini saja trafficking berkembang dengan sangat pesat, walaupun masih ada undang-undang ketenagakerjaan. Apalagi kalau migrasi para labor dibebaskan? Untuk itu masalah trafficking harus dibenahi terlebih dahulu. Apabila tidak, maka hal tersebut dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang, seperti ekonomi dan keamanan. Karena seperti kita ketahui tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu timbulnya masalah-masalah klasik.
Di bidang ekspor-impor, Indonesia akan mengalami tantangan berat. Pada 2008 lalu ekspor Indonesia sebesar 114,101 US$ milliar . Sedangkan dari bea masuk sebesar Rp 17,04 triliun , suatu jumlah yang lumayan besar. Apalagi pendapatan bea masuk tersebut masih tergolong rendah mengingat budaya Indonesia, masih bisa ditingkatkan lagi. Apabila AFTA semakin maju dan membebaskan bea masuk, maka Indonesia akan kehilangan salah satu sumber pendanaan potensial. Mungkin tidak semua barang dikenakan bebas bea masuk, tapi tetap saja akan ada pendapatan yang hilang.
Pada 2008 impor Indonesia sebesar 121,455 US$ milliar . Apabila tidak adanya bea masuk, maka hal itu akan meningkatkan jumlah impor Indonesia. Selain itu, dengan bebasnya barang-barang impor masuk ke Indonesia. Maka hal itu dapat menjadi ancaman bagi produk Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan proteksi terhadap produk-produk lokal.
Kesimpulan
Dengan berdasarkan fakta dan data yang diberikan, ASEAN tidak akan memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk beberapa dekade ke depan. Karena ASEAN harus menghadapi berbagai masalah yang ada seperti inequality income distribution, stabilitas politik dan stabilitas ekonomi di masing-masing negara anggotanya. Apabila tetap dipaksakan, maka hal itu akan berdampak buruk bagi masing-masing anggotanya. Dengan mengambil contoh di negara Indonesia. Akibatnya antara lain terjadinya penumpukan dan perpindahan well-qualified labor di negara-negara yang memiliki struktur ekonomi yang kuat. Hilangnya salah satu sumber pendapatan yang berasal dari bea masuk karena adanya Free Trade Zone. Tersainginya produk-produk lokal oleh produk impor yang semakin membanjiri pasar. Selain itu trafficking akan semakin berkembang pesat antar negara anggota ASEAN. Untuk itulah, sebelum memikirkan bagaimana kita membentuk unifikasi antar anggota ASEAN, lebih baik negara-negara ASEAN tersebut membenahi dulu masalah dalam negeri masing-masing. Tak lupa, untuk memperkuat sektor ekonomi domestik, jangan terlalu bergantung kepada pihak luar. Apabila negara-negara ASEAN tersebut sudah cukup mapan, baru kemudian ASEAN dapat membicarakan tentang unifikasi ASEAN, terutama penggunaan mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk ASEAN.
Daftar Pustaka
Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld. 2006. International Economics, Theory and Policy, 7e. Boston :
Pearson Education
http://www.channelnewsasia.com
http://www.indexmundi.com/malaysia/unemployment_rate.html
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/bx.html
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://www.econstats.com
http://www.majalahtrust.com/danlainlain/politik/552.php
Nama : Agil Abiyoso Nugroho
NPM : 0606081293
Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Ekonomi Politik
Impian ASEAN
Semenjak didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 d Bangkok, ASEAN (Association of South East Asian Nation) diharapkan dapat menjadi suatu komunitas yang saling membantu antar negara-negara anggotanya, seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Salah satu kerjasama tersebut meliputi bidang ekonomi. Untuk bidang ekonomi sendiri, kerjasama di ASEAN sudah berhasil melahirkan AFTA (Asean Free Trade Area), yaitu merupakan kerjasama ekonomi di bidang regional yang berupa kawasan perdagangan bebas. AFTA sendiri sudah diberlakukan secara penuh semenjak 1 Januari 2002. Setelah AFTA, kini banyak pihak yang berpikir tentang kemungkinan diberlakukanny mata uang tungal untuk ASEAN, seperti Uni Eropa dengan Euro (€).
Dengan diberlakukannya mata uang tunggal ASEAN, maka diharapkan ASEAN dapat meningkatkan tingkat volume perdagangan dan kerjasama yang berakibat positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu yang memandang positif ide tersebut ialah Takatoshi Ito (mantan Deputi Wakil Menteri Keuangan Jepang) & Yoshihiro Iwasak (Direktur Jenderal sekaligus Kepala Unit Monitoring Ekonomi Regional Bank Pembangunan Asia). Mereka berpendapat bahwa dengan begitu maka akan terbentuk pasar kapital yang lebih kuat dan lebih stabil. Selain itu, mata uang tersebut akan terhindar dari para spekulan.
Dengan adanya mata uang yang stabil, membuat perekonomian para anggota ASEAN akan menjadi lebih mapan, yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, hal tersebut akan mempererat hubungan antar anggota, sehingga dapat meningkatkan volume perdaganan melalui ekspor & impor, karena tidak adanya bea masuk. Apabila ASEAN telah menetapakan mata uang tunggal, hal itu berarti ASEAN telah menetapakan sistem moneter tunggal. Yang merupakan kerjasama regional yang paling tinggi tingkatannya. Berarti ASEAN telah berhasil melaksanakan kerjasama-kerjasama lainnya dengan sukses seperti Free Trade Zone, bebas visa dan fiskal untuk perpindahan penduduk antar negara.
Realita dan Hambatan ASEAN
Hanya saja, ditengah pandangan optimis para orang tentang mata uang tunggal ASEAN, sepertinya hal tersebut agak susah diwujudkan, kalau tidak mau dibilang mustahil. Setidaknya untuk 30-50 tahun kedepan. Mengapa demikian? Karena apabila ASEAN ingin meniru Uni Eropa, maka ada berbagai perbedaan mendasar dan fundamental yang harus dihadapi ASEAN. Yang merupakan faktor-faktor penghambat terjadinya integrasi ASEAN menjadi ASEAN yang satu, terutama penggunaan mata uang tunggal di kawasan ASEAN.
Faktor historis sangat menentukan. Perlu diketahui, rencana Uni Eropa dengan mata uang tunggalnya dan satu sistem moneter telah dicetuskan sejak Perjanjian Roma pada tahun 1957. Sedangkan Uni Eropa sendiri baru menggunakan Euro semenjak tahun 1999 secara giral dan 2002 secara kartal. Atau kurang lebih 40 tahun setelah Perjanjian Roma ditandatangani.
Sedangkan ASEAN sendiri baru dibentuk pada tahun 1967. Memang dari segi nominal ASEAN hanya “tertinggal” 10 tahun. Tapi dari segi kemapanan ekonomi dan sektor-sektor lain, seperti infrastruktur. Berapa dekade ASEAN tertinggal? Hal itulah yang membuat ASEAN masih cukup lama untuk bersatu dalam segi moneter, khususnya penggunaan mata uang tunggal.
Tentu saja faktor politik dan pemerintahan juga sangat mempengaruhi. Saat Uni Eropa terbentuk, para anggotanya memiliki sistem politik yang berupa demokrasi politik. Sedangkan di ASEAN sendiri, anggota-anggotanya memiliki sistem yang berbeda-beda. Dapat kita kelompokan menjadi beberapa bagian seperti Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan sistemn Monarki. Indonesia dengan bentuk republik dan Myanmnar dengan bentuk Junta Militer. Perbedaaan ideologi bangsa itulah yang menyebabkan ASEAN mengalami kesulitan untuk bersatu di segala bidang. Sedangkan di Eropa sendiri, masing-masing negaranya menganut politik demokrasi. Sehingga hal tersebut tidaklah menjadi suatu penghambat. Seperti di Myanmar, gejolak politik yang terjadi sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Pada 2007, Myanmar mengalami inflasi sebesar 30 %. Sehingga stabilitas politik masing-masing negara anggota sangatlah penting.
Selain itu juga ada tentang masalah prinsip ASEAN. Apabila kita melihat Deklarasi Bangkok, maka salah satu hasilnya adalah “Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota” . Apabila ASEAN jadi memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal, maka itu secara tidak langsung ASEAN mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggotanya. Hal itu akan bertentangan dengan prinsip ASEAN yang disebutkan di atas.
Sedangkan dari segi ekonomi, salah satu hal yang paling mendasar ialah adanya inequality income distribution, hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
GDP per Kapita 12 Negara Uni Eropa pertama pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Jerman 26.123,92
2 Irlandia 25.848,79
3 Belanda 26.141,54
4 Prancis 24.859,40
5 Luxemburg 49.053,27
6 Austria 21.195,07
7 Finlandia 25.351
8 Belgia 24.794,00
9 Italia 21.129,55
10 Portugal 11.995,13
11 Spanyol 15.495,84
12 Yunani 12.610,95
sumber : www.econstat.com
GDP per Kapita Negara-Negara ASEAN pada Tahun 1999
No Nama Negara GDP per Kapita (dalam US $)
1 Brunei Darussalam 14.524
2 Filipina 1018,88
3 Indonesia 745,79
4 Kamboja 281.18
5 Laos 285,6
6 Myanmar 172,74
7 Singapura 20.909,36
8 Thailand 1984,94
9 Vietnam 379,47
10 Malaysia 3537.53
sumber : www.econstat.com
Dari data di atas, kita bisa melihat perbedaannya. Negara-negara Uni Eropa mempunyai pendapatan yang relatif merata dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Selain itu dengan pendapatan yang relatif besar, maka hal tersebut mencerminkan perekonomian yang stabil. Hal itu sangatlah berbeda dengan ASEAN, dimana belum semua anggotanya memiliki perekonomian yang stabil.
Dengan perekonomian yang stabil, maka tidaklah susah bagi para negara Uni Eropa untuk mengembangkan kerjasama dengan negara lain. Hal itulah yang harus ditiru oleh ASEAN apabila ingin mengembangkan kerjasama yang lebih menyeluruh di segala bidang. Sehingga apabila saat ASEAN mengembangkan sistem mata uang tunggal, maka tidak ada negara yang menjadi “beban ekonomi” bagi negara ASEAN lainnya.
Hal lain yang juga mempercepat terjadinya penyatuan Eropa dalam segi moneter ialah karena negara-negara Eropa tersebut sudah mempunyai mata uang masing-masing yang cukup stabil dan telah lama berdiri. Seperti Jerman dengan Deutsche Mark, Italia dengan Lira, Prancis dengan Franc, Belanda dengan Gulden dll. Masing-masing mata uang tersebut mempunyai kisah yang cukup lama dan terbukti bernilai stabil selama beberapa tahun terakhir sebelum dikonversi kedalam bentuk Euro.
Hal itu sangat berbeda dengan ASEAN. Masih banyak negara di ASEAN yang sistem moneternya belum cukup mapan, sehingga apabila terjadi “gangguan” sedikit saja, maka akan berakibat fatal. Dengan berkaca kepada krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997. Bermula dari Thailand, krisi itu menyebar ke seluruh negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia. Walaupun pada saat itu para pejabat tinggi Indonesia menyatakan bahwa Indonesia akan bertahan dari krisi tersebut. Hasilnya? Bisa kita lihat sekarang. Dapatkah dibayangkan apabila masih ada negara yang sistem moneternya belum cukup mapan didalam ASEAN saat digunakannya mata uang tunggal? Mungkin hal tersebut akan berakibat jauh lebih buruk daripada krisis tahun 1997.
Sebagai perbandingan, di Uni Eropa saat inflasi sudah menyentu angka 3 koma sekian persen, maka hal itu sudah menjadi semacam peringatan. Sedangkan di ASEAN sendiri, tingkat inflasinyasangat bervariasi. Brunei mempunyai tingkat inflasi yang paling rendah, yaitu sebesar 0,496% (2006) sedangkan Myanmar tingkat inflasiny sebesar 30% (2007). Dapatkah dibayangkan dampakanya apabila kedua negara tersebut “dipaksa” untuk melebut dalam satu sistem moneter?_
Sedangkan dari segi demografi akan mengalami perubahan yang cukup signifikan apabila ASEAN jadi seperti Uni Eropa. Perlu diketahui apabila ASEAN sudah memakai sistem moneter tunggal dan mata uang tunggal, maka hal tersebut merupakan contoh kerjasama regional yang paling tinggi, sehingga kerjasama-kerjasama lainnya berarti sudah dilakasanakan sebelumnya. Seperti misalanya bebas visa dan bea masuk untuk migrasi penduduk dan Free Trade Zone (AFTA). Tentu saja para pekerja (labor force) akan mencari dan datang ke negara yang memiliki struktur perekonomian yang stabil dan kuat. Mungkin Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam akan menjadi tujuan utma para pencari kerja dari seluruh negara ASEAN. Karena ketiga negara tersebut memeiliki struktur ekonomi yang paling bagus dibandingkan negara-negara lainnya. Termasuk tingkat pengangguran yang rendah, Singapura 2,3% , Malaysia 3,2% dan Brunei sebesar 3,7%
Sedangkan Indonesia, dengan tingkat pengangguran sebesar 9,1% dan ditambah paradigma klasik yang meninggikan pekerjaan di luar negeri. Dapat dipastikan putra-putri terbaik bangsa akan meninggalkan Indonesia dan mencari kerja di luar negeri. Seperti dijelaskan di buku karangan Kruggman , adanya migrasi pekerja akan membuat labor supply di home country berkurang, yang menyebabkan wages di home country meningkat. Sedangkan karena adanya pertambahan labor supply di foreign country akan menyebabkan wages di foreign country turun. Dengan demikian para labor yang well-qualified akan memilih untuk bekerja di negara yang memilki struktur ekonomi yang mapan. Sehingga mereka bermigrasi.
Apabila terjadi demikian, maka akan terjadi penumpukan labor di negara-negara tersebut. Belum lagi migrasi labor melalui jalur ilegal atau yang disebut dengan trafficking yang dipastikan akan meningkat dengan pesat. Karena saat ini saja trafficking berkembang dengan sangat pesat, walaupun masih ada undang-undang ketenagakerjaan. Apalagi kalau migrasi para labor dibebaskan? Untuk itu masalah trafficking harus dibenahi terlebih dahulu. Apabila tidak, maka hal tersebut dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang, seperti ekonomi dan keamanan. Karena seperti kita ketahui tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu timbulnya masalah-masalah klasik.
Di bidang ekspor-impor, Indonesia akan mengalami tantangan berat. Pada 2008 lalu ekspor Indonesia sebesar 114,101 US$ milliar . Sedangkan dari bea masuk sebesar Rp 17,04 triliun , suatu jumlah yang lumayan besar. Apalagi pendapatan bea masuk tersebut masih tergolong rendah mengingat budaya Indonesia, masih bisa ditingkatkan lagi. Apabila AFTA semakin maju dan membebaskan bea masuk, maka Indonesia akan kehilangan salah satu sumber pendanaan potensial. Mungkin tidak semua barang dikenakan bebas bea masuk, tapi tetap saja akan ada pendapatan yang hilang.
Pada 2008 impor Indonesia sebesar 121,455 US$ milliar . Apabila tidak adanya bea masuk, maka hal itu akan meningkatkan jumlah impor Indonesia. Selain itu, dengan bebasnya barang-barang impor masuk ke Indonesia. Maka hal itu dapat menjadi ancaman bagi produk Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan proteksi terhadap produk-produk lokal.
Kesimpulan
Dengan berdasarkan fakta dan data yang diberikan, ASEAN tidak akan memakai mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk beberapa dekade ke depan. Karena ASEAN harus menghadapi berbagai masalah yang ada seperti inequality income distribution, stabilitas politik dan stabilitas ekonomi di masing-masing negara anggotanya. Apabila tetap dipaksakan, maka hal itu akan berdampak buruk bagi masing-masing anggotanya. Dengan mengambil contoh di negara Indonesia. Akibatnya antara lain terjadinya penumpukan dan perpindahan well-qualified labor di negara-negara yang memiliki struktur ekonomi yang kuat. Hilangnya salah satu sumber pendapatan yang berasal dari bea masuk karena adanya Free Trade Zone. Tersainginya produk-produk lokal oleh produk impor yang semakin membanjiri pasar. Selain itu trafficking akan semakin berkembang pesat antar negara anggota ASEAN. Untuk itulah, sebelum memikirkan bagaimana kita membentuk unifikasi antar anggota ASEAN, lebih baik negara-negara ASEAN tersebut membenahi dulu masalah dalam negeri masing-masing. Tak lupa, untuk memperkuat sektor ekonomi domestik, jangan terlalu bergantung kepada pihak luar. Apabila negara-negara ASEAN tersebut sudah cukup mapan, baru kemudian ASEAN dapat membicarakan tentang unifikasi ASEAN, terutama penggunaan mata uang tunggal dan sistem moneter tunggal untuk ASEAN.
Daftar Pustaka
Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld. 2006. International Economics, Theory and Policy, 7e. Boston :
Pearson Education
http://www.channelnewsasia.com
http://www.indexmundi.com/malaysia/unemployment_rate.html
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/bx.html
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
http://webdev.bps.go.id/tabel/
http://www.econstats.com
http://www.majalahtrust.com/danlainlain/politik/552.php
Jumat, 20 Maret 2009
Pertanyaan2 Sensitif Bagi Pria di Dunia Perkuliahan
Gw bikin beginian...gara2 kemaren gw ketemu sm Tom*t...pas gw nanya doi tentang "sesuatu", doi cuma cengar-cengir aje...katanya itu pertanyaan yang bisa bikin orang agak2 "sensi" untuk seserang yang "fresh graduate"...(maap Met...hehehe....)
Gw pun nyadar...sebagai pria (cowok) kita punya beberapa pertanyaan yang membuat kita "sensi" alias sebel a.k.a naik darah turun berok.Ok2...biar g banyak cincong langsung aj y...(harus diingat...pertanyaan2 ini buat orang dengan kemampuan pas2an...baik dari berbagai segi...yang kalo mau dapetin sesuatu usahanya setengah mati....)
1. Untuk pelajar SMA yang mau SPMB : "Mau masuk mana nanti kuliahnya?"
2. Untuk mahasiswa yang baru ngerasain betapa "kejamnya" dunia perkuliahan : "IP semester kemaren berapa?"
3. Untuk mahasiswa yang udah kuliah lama tapi masih "STMJ (sudah tua masih jomblo)" : "Ceweklosapa sekarang???"
4. Untuk mahasiswa yang belum lulus2 padahal temen2nya ud pada lulus smua : "Kapan lulus kamu nak?"
5. Untuk mahasisa yang udah lulus tapi nilainy pas2an, jadinya nyari kerja setengah mati :"Kerja dimana sekarang? / Ngelamar dimana aj?"
6. Untuk mahasiswa yang kerjaannya ngambil mata kuliah yang "itu-itu lagi" a.k.a ngulang trus!!! : "Semester ini ngambil mata kuliah apa aj...? Kok ngambil mata kuliah X lagi?"
7. Untuk mahasiswa yang gagal masuk Universitas favorit ato pilihan, sehingga keterima di Universitas "cadangan" : "Kok lo malah kuliah di situ?"
8. Untuk mahasiswa yang belum belajar sama sekali padahal besoknya mau ujian : "Eh...ajarin gw mata kuliah X dong...!!!" ato "Pinjem catetanlo dong!!!" ato "Udah sampe mana belajarnya???"
yaa....itulah beberapa pertanyaan yang bisa bikin beberapa mahasiswa agak2 sensi....tapi harus diinget..g semua mahasisa kayak gitu....ada juga tu yang tenang2 aja biarpun besokny ujian...yaa....itu semua balik ke diri lo sendiri lah....maap2 kalo ada yang tersinggung...SLOw AJE BOS....
Gw pun nyadar...sebagai pria (cowok) kita punya beberapa pertanyaan yang membuat kita "sensi" alias sebel a.k.a naik darah turun berok.Ok2...biar g banyak cincong langsung aj y...(harus diingat...pertanyaan2 ini buat orang dengan kemampuan pas2an...baik dari berbagai segi...yang kalo mau dapetin sesuatu usahanya setengah mati....)
1. Untuk pelajar SMA yang mau SPMB : "Mau masuk mana nanti kuliahnya?"
2. Untuk mahasiswa yang baru ngerasain betapa "kejamnya" dunia perkuliahan : "IP semester kemaren berapa?"
3. Untuk mahasiswa yang udah kuliah lama tapi masih "STMJ (sudah tua masih jomblo)" : "Ceweklosapa sekarang???"
4. Untuk mahasiswa yang belum lulus2 padahal temen2nya ud pada lulus smua : "Kapan lulus kamu nak?"
5. Untuk mahasisa yang udah lulus tapi nilainy pas2an, jadinya nyari kerja setengah mati :"Kerja dimana sekarang? / Ngelamar dimana aj?"
6. Untuk mahasiswa yang kerjaannya ngambil mata kuliah yang "itu-itu lagi" a.k.a ngulang trus!!! : "Semester ini ngambil mata kuliah apa aj...? Kok ngambil mata kuliah X lagi?"
7. Untuk mahasiswa yang gagal masuk Universitas favorit ato pilihan, sehingga keterima di Universitas "cadangan" : "Kok lo malah kuliah di situ?"
8. Untuk mahasiswa yang belum belajar sama sekali padahal besoknya mau ujian : "Eh...ajarin gw mata kuliah X dong...!!!" ato "Pinjem catetanlo dong!!!" ato "Udah sampe mana belajarnya???"
yaa....itulah beberapa pertanyaan yang bisa bikin beberapa mahasiswa agak2 sensi....tapi harus diinget..g semua mahasisa kayak gitu....ada juga tu yang tenang2 aja biarpun besokny ujian...yaa....itu semua balik ke diri lo sendiri lah....maap2 kalo ada yang tersinggung...SLOw AJE BOS....
Rabu, 18 Maret 2009
The New Event for Local Band
Salam buat seluruh pecinta musik di tanah air. Belakangan ini kita tahu bahwa industri musik tanah air semakin menggeliat, baik indie maupun major label. Hal ini tentu merupakan suatu keadaan yang positif, karena kita semua berharap bahwa para pemusik lokal bisa menjadi "raja" di tanah air.
Sebagai salah satu pecinta musik lokal, saya mempunyai saran kepada rollingtone indonesia agar bisa semakin berkontribusi dalam memajukan industri musik lokal. salah satu langkahnya adalah dengan mengadakan event sendiri tiap bulannya.Karena saya pernah melihat foto di salah satu edisi rollingstone bahwa kantor rollingstone yang terletak di jalan ampera pernah mengadakan suatu event.
Bagaimana jika pihak rollingstone membuat suatu event bulanan yang menampilkan band-band lokal mulai dari jago-jago indie seperti The Brandals, Seringai, Netral, The Hydrant, The Sigit hingga para pendatang baru seperti Jagostu, 70's orgasm club. Sehingga bisa untuk menjadi wadah "bermain" bagi band-band tersebut. Seperti trax fm dengan terusik trakustik. Mungkin event ini bisa diadakan pada midweek atau weekend, itu tak jadi soal.
Selain bisa menjadi tempat unjuk gigi, pada event ini para band-band tersebut bisa juga menjual marchendise mereka seperti layaknya sebuah workshop, karena kita tahu bahwa banyak band-band indie lokal yang mencari "tambahan" dengan menjual marchendise mereka dan marchendise mereka biasanya laku, walaupun yang versi bajakannya lebih banyak dijual di market.
Untuk tiket masuk pihak rollingstone bisa menjualnya dengan cara menempelkannya di majalah rollingstone, sehingga dengan demikian oplah penjualan majalah rollingstone sendiri akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang ke event tersebut. Yang jelas apabila untuk tiket memakai cara ini, maka event ini diadakan pada pertengahan bulan, setelah majalah rollingstone sampai di tangan para pembaca. Satu kupon mungkin bisa berlaku untuk 2 orang, atau 1 orang saja, itu terserah pihak rollingstone.
Sedangkan untuk sponsor, saya yakin pihak rollingstone pasti lebih tahu dan berpengalaman dari saya, selain itu brand rollingstone sendiri merupakan suatu brand internasional yang identik dengan rock n roll, sehingga saya yakin soal sponsor tidak terlalu susah. Dan setelah satu periode event ini bergulir, bisa diliris album kompilasi para band yang tampil. Karena di Indonesia album yang merupakan kumpulan live concert masih jarang. Selain itu saya juga berharap event ini bisa menjadi semacam the new legendary venue seperti parc, bulungan, dan venue-venue lainnya.
Untuk nama event ini sendiri, apabila diadakan pada hari minggu, salah satu nama yang terlintas di benak saya ialah Sunday Rock Section (SRS), sehingga dalam beberapa hari kedepannya para penikmat musik mempunyai "bahan bakar" dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari dan weekend mereka terasa semakin sempurna.Dan setidaknya dalam satu bulan, kita mempunyai "sesuatu" yang layak untuk ditunggu-tunggu untuk melepaskan adrenalin dan hasrat terhadap rock n roll.
Ini hanya merupakan salah satu saran saya agar dunia musik Indonesia semakin berkaembang ke arah yang lebih baik, dan saya merasa bahwa pihak rollingstone mempunyai kapasitas untuk itu. Demikianlah salah satu saran saya yang saya harap mungkin bisa berguna. Salam untuk para pecinta musik tanah air. Just Keep ROCKing AND ROLLing!!!
Sebagai salah satu pecinta musik lokal, saya mempunyai saran kepada rollingtone indonesia agar bisa semakin berkontribusi dalam memajukan industri musik lokal. salah satu langkahnya adalah dengan mengadakan event sendiri tiap bulannya.Karena saya pernah melihat foto di salah satu edisi rollingstone bahwa kantor rollingstone yang terletak di jalan ampera pernah mengadakan suatu event.
Bagaimana jika pihak rollingstone membuat suatu event bulanan yang menampilkan band-band lokal mulai dari jago-jago indie seperti The Brandals, Seringai, Netral, The Hydrant, The Sigit hingga para pendatang baru seperti Jagostu, 70's orgasm club. Sehingga bisa untuk menjadi wadah "bermain" bagi band-band tersebut. Seperti trax fm dengan terusik trakustik. Mungkin event ini bisa diadakan pada midweek atau weekend, itu tak jadi soal.
Selain bisa menjadi tempat unjuk gigi, pada event ini para band-band tersebut bisa juga menjual marchendise mereka seperti layaknya sebuah workshop, karena kita tahu bahwa banyak band-band indie lokal yang mencari "tambahan" dengan menjual marchendise mereka dan marchendise mereka biasanya laku, walaupun yang versi bajakannya lebih banyak dijual di market.
Untuk tiket masuk pihak rollingstone bisa menjualnya dengan cara menempelkannya di majalah rollingstone, sehingga dengan demikian oplah penjualan majalah rollingstone sendiri akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang ke event tersebut. Yang jelas apabila untuk tiket memakai cara ini, maka event ini diadakan pada pertengahan bulan, setelah majalah rollingstone sampai di tangan para pembaca. Satu kupon mungkin bisa berlaku untuk 2 orang, atau 1 orang saja, itu terserah pihak rollingstone.
Sedangkan untuk sponsor, saya yakin pihak rollingstone pasti lebih tahu dan berpengalaman dari saya, selain itu brand rollingstone sendiri merupakan suatu brand internasional yang identik dengan rock n roll, sehingga saya yakin soal sponsor tidak terlalu susah. Dan setelah satu periode event ini bergulir, bisa diliris album kompilasi para band yang tampil. Karena di Indonesia album yang merupakan kumpulan live concert masih jarang. Selain itu saya juga berharap event ini bisa menjadi semacam the new legendary venue seperti parc, bulungan, dan venue-venue lainnya.
Untuk nama event ini sendiri, apabila diadakan pada hari minggu, salah satu nama yang terlintas di benak saya ialah Sunday Rock Section (SRS), sehingga dalam beberapa hari kedepannya para penikmat musik mempunyai "bahan bakar" dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari dan weekend mereka terasa semakin sempurna.Dan setidaknya dalam satu bulan, kita mempunyai "sesuatu" yang layak untuk ditunggu-tunggu untuk melepaskan adrenalin dan hasrat terhadap rock n roll.
Ini hanya merupakan salah satu saran saya agar dunia musik Indonesia semakin berkaembang ke arah yang lebih baik, dan saya merasa bahwa pihak rollingstone mempunyai kapasitas untuk itu. Demikianlah salah satu saran saya yang saya harap mungkin bisa berguna. Salam untuk para pecinta musik tanah air. Just Keep ROCKing AND ROLLing!!!
Langganan:
Postingan (Atom)